Breaking News
recent

Dinasti Kerajaan Dalam Dunia Pendidikan


Dalam sejarah nusantara, kerajaan diindonesia menggunakan sistem dinasti yang mana para pejabatnya adalah berasal dari keluarga raja dan orang-orang dekatnya. Orang yang akan menjadi raja adalah keturunan dari raja juga, yang diangkat sebagai putra mahkota, sehingga jabatan penting ini diwariskan kepada orang yang berhak, tentunya yang berasal dari keluarganya sendiri. Sistem ini sudah berjalan selama ratusan hingga ribuan tahun, tak hanya di Indonesia melainkan juga diberbagai negara yang lainnya. Sistem membuat keluarga seseorang tetap memiliki atau memegang jabatan penting dalam sebuah pemerintahan.

Dinasti Kerajaan di Masa Sekarang
Bagaimana dengan keadaan sekarang ? sekarang ini sistem seperti ini sudah dihapus, karena tidak sesuai dengan zaman. Namun kenyataannya, sisten ini masih dijalankan oleh beberapa orang dinegara kita terutama dalam lingkungan pemerintahan. Tentu kita masih ingat dengan kasus beberapa yang lalu. Ada seorang gubernur yang ditangkap karena terkena kasus korupsi. Dari hasil pengembangan kasus tersebut ternyata ada orang lain yang juga ditangkap, yang ternyata merupakan adik dari gubernur tersebut. Dan usut punya usut ternyata keluarganya memegang jabatan penting dalam lingkungan pemerintahan propinsi tersebut. Tak hanya satu, bahkan ada banyak anggota keluarganya yang menjabat jabatan penting.

Hanya Dalam Pemerintahan ???
Sistem kerajaan atau yang lebih dikenal dengan istilah dinasti tak hanya dijalankan dalam lingkungan pemerintahan, melainkan juga dalam lingkungan pendidikan, terutama yang berbasis yayasan. Dalam yayasan cenderung pengurusnya berasal dari keluarganya sendiri (walaupun tidak semua yayasan seperti itu), berdasarkan pengalaman penulis ada sebuah yayasan yang pengurusnya menjabat jabatan penting dalam sebuah tingkat satuan pendidikan, yayasan tersebut mempunyai 5 jenis tingkat satuan pendidikan. Dalam yayasan tersebut 1 orang bisa menjabat beberapa jabatan penting dalam tingkat satuan pendidikan.
Jika dilihat struktur kepengurusannya sangat menggelikan, karena hampir sebagian besar pengurusnya adalah keluarga sendiri. Pengurus yayasan tersebut adalah keluarga dari pemilik yayasan tersebut, Andi[1] adalah keponakan, jefri adalah menantu, ahmad adalah anak kedua, sofa adalah anak pertama, zen adalah keponakan, solikin adalah orang dekat. Sungguh aneh orang yang telah menjabat sebagai bendahara yayasan masih menjabat sebagai kepala dan juga jabatan lainnya di tingkat satuan pendidikan yang berbeda yang masih dalam satu yayasan, ini sama saja halnya dengan seorang camat yang juga masih menjadi sekdes. Dan yang lebih aneh adalah seperti solikin dan mansur. Solikin dijadikan sekretaris, dia hanya lulusan SMP, tidak bisa komputer, tidak tahu dunia surat menyurat dan juga belum pernah ikut organisasi apapun, sedangkan mansur lulusan sarjana, bisa komputer, blogging dan internet, sering menjadi sekretaris dan bendahara dan aktif jurnalistik, namun justru hanya dijadikan wakil saja. Bagaimana bisa seorang yang tidak bisa komputer dan tidak tahu surat menyurat dijadikan sekretaris ? Lantas bagaimana jika ada tugas, apakah wakilnya yang harus mengerjakan ? Dari sini saja sudah terlihat bahwa mereka menggunaka sistem dinasti.

Pola Sistem Dinasti
Sistem dinasti yang digunakan sekarang ini agak berbeda dengan yang dijalankan pada zaman dulu. Dalam sistem dinasti ada beberapa pola yang biasa digunakan dan dijalankan oleh pelakunya, yang antara lain, pertama, mereka akan mulai mengenalkan dengan cara menyuruh antar jemput, sehingga lama kelamaan akan ada banyak yang mengenalnya dan demikian akan mudah baginya untuk masuk dalam lingkungan tersebut. Kedua, mengangkat seseorang atau bahkan anaknya sendiri untuk menjadi pegawai dalam lembaga tersebut, terus disarankan untuk kuliah S-1, dan bisa dipastikan dua atau tiga tahun kemudian dia akan diangkat menjadi tenaga pendidik, walaupun sebelumnya dia hanya pegawai perpus dan ada orang yang lebih berpengalaman dan berkompetensi dibidangnya yang telah melamar kerja sebelumnya. Ketiga, mengangkat menjadi salah satu anggota keluarganya untuk menjadi tenaga pendidik, dan kemudian merekomendasikan anggota keluarga tersebut untuk menduduki jabatan penting dalam satuan pendidikan tersebut. Pola-pola seperti ini lumrah terjadi dalam lingkungan pendidikan di Indonesia dan hal ini sudah bukan rahasia lagi, bahkan teman-teman penulis biasa menyebutnya dengan istilah “Yayasan adalah milik keluarga”.

  Sumber Gambar
 http://cms.beritabatavia.com/gambar/10POLITIK-DINASTI.jpg



[1] Semua nama yang disebutkan hanya nama samaran

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

Powered by Blogger.