Breaking News
recent

Nikah Beda Arah, Dapat Musibah ??


Pernikahan merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad, yang mana dengan pernikahan seseorang dapat menjaga dirinya, kehormatannya dan kemaluannya dari hal-hal yang dilarang sehingga kehormatannya akan terjaga dengan baik. Dalam islam pernikahan sangatlah mudah, asalkan si wanita setuju, walinya memberi restu, ada saksi, ada penghulu dan mahar pernikahan dapat berlangsung. Namun sayangnya kemudahan ini tidak serta merta membuka pikiran kita, ada beberapa orang yang masih percaya bahwa “Nikah Beda Arah, Dapat Musibah”, seperti tradisi yang ada dalam masyarakat kita.

Dalam masyarakat kita ada syarat tertentu sebelum pernikahan berlangsung seperti menghitung jumlah neptu (neton) calon mempelai dan menghindari arah tertentu, misalnya seorang laki-laki tidak boleh menikah dengan wanita yang tinggal diarah barat laut dari rumahnya (dalam bahasa jawa ngalor ngulon). Jika melakukan pernikahan dengan wanita tersebut, ada kepercayaan bahwa keluarga yang melakukannya akan mendapatkan musibah (berupa orang tuanya meninggal atau menderita penyakit tertentu). Hal seperti ini masih banyak dilakukan dan dipercayai oleh sebagian masyarakat kita. Ini sama halnya kita kembali ke masa jahiliyah.

PERKATAAN ADALAH DOA

Tak sedikit orang yang melakukannya pernikahan beda arah (yang ada dalam adat jawa) akhirnya juga tidak mengalami musibah apa-apa. Dan ada pula beberapa diantaranya mengalami musibah. Namun hal ini bukan dikarenakan pernikahan tersebut, namun karena perkataan orang-orang disekitarnya.

Dalam mengeluarkan kata-kata, kita harus berhati-hati karena perkataan seseorang dapat berubah menjadi doa, apalagi jika hal tersebut bertepatan dengan waktu mustajab. Dari Qais dia berkata; aku pernah menjenguk Khabbab, ketika itu ia tengah di terapi dengan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang luka) hingga tujuh kali di perutnya, maka aku mendengar dia mengatakan; 'Kalaulah Nabi shallallohu 'alaihi wa sallam tidak melarang kami memohon kematian, niscaya aku akan memohonnya." (HR. Bukhari)

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallohu ‘anhu, bahwa Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى خَدَمِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لَا تُوَافِقُوا مِنْ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى سَاعَةَ نَيْلٍ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبَ لَكُمْ

“Janganlah kalian mendoakan kejelekan atas diri kalian, anak-anak kalian, pembantu kalian, dan harta kalian. Karena boleh jadi (waktu) itu merupakan bertepatan dengan saat pemberian Allah, sehingga permohonanmu itu dikabulkan.'" (HR. Muslim)
Lebih jelas lagi bahwa adapun musibah tersebut dikarenakan oleh perkataan orang tuanya sendiri. Banyak orang tua yang ketika anaknya akan menikah dengan wanita, lantas arahnya tidak sesuai dengan adat yang telah dipegang oleh orang tuanya, lantas orang tuanya berkata “Jangan menikah dengan dia, arahnya tidak bagus, nanti malah terkena sial atau musibah keluarga kita”. Kalimat seperti ini seharusnya tidak keluar dari lisan orang tua karena ucapan orang tua dapat menjadi doa dan doa orang tua tidak ditolak oleh Alloh. Dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

"Ridha Allah dalam (tergantung) ridha kedua orang tua, dan murka Allah itu dalam murka kedua orang tua ". (HR. Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ

'Tiga macam doa yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan pada ketiganya; (yaitu) doa orang yang dizhalimi, doa orang yang musafir, dan doa orang tua kepada anaknya'. (HR. Ibnu Majah, Hasan menurut Al-Albani)

Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

"Ada tiga macam doa yang tidak diragukan lagi akan dikabulkan oleh Allah, yaitu: Doanya orang tua, doanya seseorang dalam perjalanan, dan doanya orang yang teraniaya. (HR. Abu Daud, Hasan menurut Al-Albani)

Sehingga seharusnya orang tua berhati-hati dalam berucap agar anaknya atau keluarganya tidak mendapat musibah. Dan alangkah baiknya jika orang tuanya mendoakan kebaikan untuk anaknya tersebut.

BELAJAR DARI KISAH SI JURAIJ

Kita tentu tidak asing dengan kisah Juraij. Juraij merupakan seorang anak yang taat dan rajin beribadah, baik wajib maupun sunnah. Juraij membangun sendiri tempat ibadahnya. Suatu ketika Juraij sedang melaksanakan sholat sunnah ditempat ibadahnya, dan ketika dalam keadaan sholat ibunya memanggilnya, dalam hati Juraij bingung apakah yang harus dilakukan, melanjutkan sholat atau panggilan ibunya ?. Akhirnya Juraij melanjutkan sholatnya dan ibunya pergi dengan perasaan kesal. Keesokan harinya kejadian ini terjadi lagi, dan begiu pula esok harinya lagi. Karena kesal ibunya berdoa kepada Allah, "Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat fitnah dari perempuan pelacur!" untuk lebih jelasnya silahkan baca ceritanya dibawah ini

لَمْ يَتَكَلَّمْ فِي الْمَهْدِ إِلَّا ثَلَاثَةٌ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ وَكَانَ جُرَيْجٌ رَجُلًا عَابِدًا فَاتَّخَذَ صَوْمَعَةً فَكَانَ فِيهَا فَأَتَتْهُ أُمُّهُ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَتْ يَا جُرَيْجُ فَقَالَ يَا رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ فَانْصَرَفَتْ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَتْ يَا جُرَيْجُ فَقَالَ يَا رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ فَانْصَرَفَتْ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَتْ يَا جُرَيْجُ فَقَالَ أَيْ رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ فَقَالَتْ اللَّهُمَّ لَا تُمِتْهُ حَتَّى يَنْظُرَ إِلَى وُجُوهِ الْمُومِسَاتِ فَتَذَاكَرَ بَنُو إِسْرَائِيلَ جُرَيْجًا وَعِبَادَتَهُ وَكَانَتْ امْرَأَةٌ بَغِيٌّ يُتَمَثَّلُ بِحُسْنِهَا فَقَالَتْ إِنْ شِئْتُمْ لَأَفْتِنَنَّهُ لَكُمْ قَالَ فَتَعَرَّضَتْ لَهُ فَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَيْهَا فَأَتَتْ رَاعِيًا كَانَ يَأْوِي إِلَى صَوْمَعَتِهِ فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا فَوَقَعَ عَلَيْهَا فَحَمَلَتْ فَلَمَّا وَلَدَتْ قَالَتْ هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ فَأَتَوْهُ فَاسْتَنْزَلُوهُ وَهَدَمُوا صَوْمَعَتَهُ وَجَعَلُوا يَضْرِبُونَهُ فَقَالَ مَا شَأْنُكُمْ قَالُوا زَنَيْتَ بِهَذِهِ الْبَغِيِّ فَوَلَدَتْ مِنْكَ فَقَالَ أَيْنَ الصَّبِيُّ فَجَاءُوا بِهِ فَقَالَ دَعُونِي حَتَّى أُصَلِّيَ فَصَلَّى فَلَمَّا انْصَرَفَ أَتَى الصَّبِيَّ فَطَعَنَ فِي بَطْنِهِ وَقَالَ يَا غُلَامُ مَنْ أَبُوكَ قَالَ فُلَانٌ الرَّاعِي قَالَ فَأَقْبَلُوا عَلَى جُرَيْجٍ يُقَبِّلُونَهُ وَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ وَقَالُوا نَبْنِي لَكَ صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ لَا أَعِيدُوهَا مِنْ طِينٍ كَمَا كَانَتْ فَفَعَلُوا وَبَيْنَا صَبِيٌّ يَرْضَعُ مِنْ أُمِّهِ فَمَرَّ رَجُلٌ رَاكِبٌ عَلَى دَابَّةٍ فَارِهَةٍ وَشَارَةٍ حَسَنَةٍ فَقَالَتْ أُمُّهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْ ابْنِي مِثْلَ هَذَا فَتَرَكَ الثَّدْيَ وَأَقْبَلَ إِلَيْهِ فَنَظَرَ إِلَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى ثَدْيِهِ فَجَعَلَ يَرْتَضِعُ قَالَ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَحْكِي ارْتِضَاعَهُ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ فِي فَمِهِ فَجَعَلَ يَمُصُّهَا قَالَ وَمَرُّوا بِجَارِيَةٍ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ زَنَيْتِ سَرَقْتِ وَهِيَ تَقُولُ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ فَقَالَتْ أُمُّهُ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ ابْنِي مِثْلَهَا فَتَرَكَ الرَّضَاعَ وَنَظَرَ إِلَيْهَا فَقَالَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا فَهُنَاكَ تَرَاجَعَا الْحَدِيثَ فَقَالَتْ حَلْقَى مَرَّ رَجُلٌ حَسَنُ الْهَيْئَةِ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ اجْعَلْ ابْنِي مِثْلَهُ فَقُلْتَ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ وَمَرُّوا بِهَذِهِ الْأَمَةِ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ زَنَيْتِ سَرَقْتِ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ ابْنِي مِثْلَهَا فَقُلْتَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا قَالَ إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ كَانَ جَبَّارًا فَقُلْتُ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ وَإِنَّ هَذِهِ يَقُولُونَ لَهَا زَنَيْتِ وَلَمْ تَزْنِ وَسَرَقْتِ وَلَمْ تَسْرِقْ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا.

Dari Abu Hurairahradhiyallohu ‘anhu, dari Rasulullahshallallohu ‘alaihi wa sallam beliau telah bersabda, "Tidak ada bayi yang dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi: bayi Isa bin Maryam, dan bayi dalam perkara Juraij." Juraij adalah seorang laki-laki yang rajin beribadah. Ia membangun tempat peribadatan dan senantiasa beribadah di tempat itu. Ketika sedang melaksanakan shalat sunnah, tiba-tiba ibunya datang dan memanggilnya, "Hai Juraij!" Juraij bertanya dalam hati, "Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, melanjutkan shalatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?" Akhirnya ia pun meneruskan shalatnya itu hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya. Keesokan harinya, ibunya datang lagi kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan shalat sunah. Kemudian ibunya memanggilnya, "Hai Juraij!" Kata Juraij dalam hati, "Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku ataukah shalatku?" Lalu Juraij tetap meneruskan shalatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya. Hari berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan shalat sunah. Seperti biasa ibunya memanggil, "Hai Juraij!" Kata Juraij dalam hati, "Ya Allah, manakah yang harus aku utamakan, meneruskan shalatku ataukah memenuhi seruan ibuku?" Namun Juraij tetap meneruskan shalatnya dan mengabaikan seruan ibunya. Tentunya hal ini membuat kecewa hati ibunya. Hingga tak lama kemudian ibunya pun berdoa kepada Allah, "Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat fitnah dari perempuan pelacur!" Kaum Bani Israil selalu memperbincangkan tentang Juraij dan ibadahnya, hingga ada seorang wanita pelacur yang sangat cantik berkata, "Jika kalian menginginkan popularitas Juraij hancur di mata masyarakat, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian." Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam pun meneruskan sabdanya, "Maka mulailah pelacur itu menggoda dan membujuk Juraij, tetapi Juraij tidak mudah terpedaya dengan godaan pelacur tersebut. Kemudian wanita pelacur itu pergi mendatangi seorang laki-laki penggembala ternak yang kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij. Ternyata wanita tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala itu melakukan perzinaan dengannya hingga hamil. Setelah melahirkan, wanita pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya bahwa, "Bayi ini adalah hasil perbuatan aku dengan Juraij." Mendengar pengakuan wanita itu, masyarakat pun menjadi marah dan benci kepada Juraij. Kemudian mereka mendatangi rumah ibadah Juraij dan bahkan menghancurkannya. Selain itu, mereka pun bersama-sama menghakimi Juraij tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya. Lalu Juraij bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian lakukan hal ini kepadaku?" Mereka menjawab, "Kami melakukan hal ini kepadamu karena kamu telah berbuat zina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan bayi dari hasil perbuatanmu." Juraij berseru, "Di manakah bayi itu?" Kemudian mereka menghadirkan bayi hasil perbuatan zina itu. Lalu Juraij berkata, "Izinkah aku melakukan shalat dan memohon petunjuk kepada Allah!" Maka Juraij pun melaksanakan shalat dengan khusu'. Setelah melaksanakan shalat, Juraij mendekati bayi itu dan menyentuh perutnya dengan jari tangannya seraya bertanya, "Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu?" Ajaibnya, sang bayi langsung menjawab, "Ayah saya adalah si fulan, seorang penggembala." Sabda Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam selanjutnya, "Akhirnya mereka menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya dan mengharap berkah darinya. Setelah itu mereka pun berkata, 'Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu ini dengan bahan yang terbuat dari emas.' Namun Juraij menolak dan berkata, Tidak usah, tetapi kembalikan saja rumah ibadah seperti semula yang terbuat dari tanah liat.' Akhirnya mereka pun mulai melaksanakan pembangunan rumah ibadah itu seperti semula. Ketika seorang bayi sedang menyusu kepada ibunya, tiba-tiba ada seorang laki-laki lewat dengan mengendarai hewan tunggangan yang gagah dan berpakaian yang bagus pula. Lalu ibu bayi tersebut berkata, "Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah anakku ini seperti laki-laki yang sedang mengendarai hewan tunggangan itu!" Ajaibnya, bayi itu berhenti dari susuannya, lalu menghadap dan memandang kepada laki-laki tersebut sambil berkata, "Ya Allah ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu!" Setelah itu, bayi tersebut langsung menyusu kembali kepada ibunya. Abu Hurairah berkata, "Sepertinya saya melihat Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam menceritakan susuan bayi itu dengan memperagakan jari telunjuk beliau yang dihisap dengan mulut beliau." Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam meneruskan sabdanya, "Pada suatu ketika, ada beberapa orang menyeret dan memukuli seorang wanita seraya berkata, 'Kamu wanita yang tidak tahu diuntung. Kamu telah berzina dan mencuri.' Tetapi wanita itu tetap tegar dan berkata, 'Hanya Allah lah penolongku. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik penolong.' Kemudian ibu bayi itu berkata, 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu!' Tiba-tiba bayi tersebut berhenti dari susuan ibunya, lalu memandang wanita tersebut seraya berkata, 'Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah aku sepertinya!' Demikian pernyataan ibu dan bayinya itu terus saling berlawanan, hingga ibu tersebut berkata kepada bayinya, "Celaka kamu hai anakku! Tadi, ketika ada seorang laki-laki yang gagah dan menawan lewat di depan kita, lalu aku berdoa kepada Allah, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti laki-laki itu! Namun kamu malah mengatakan, 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu!. Kemudian tadi, ketika ada beberapa orang menyeret dan memukuli seorang wanita sambil berkata, "Kamu telah berzina dan mencuri" lalu aku ucapkan, "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu!" tetapi kamu malah berkata, "Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!" Mendengar pernyataan ibunya itu, sang bayi pun menjawab, "Sesungguhnya laki-laki yang gagah dan menawan tadi itu adalah seorang diktator hingga aku mengucapkan, 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu!' Sementara wanita yang dituduh mencuri dan berzina itu tadi sebenarnya adalah seorang wanita yang shalihah, tidak pernah berzina, ataupun mencuri. Oleh karena itu, aku pun berdoa, 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!" (HR. Muslim)

Lihatlah bagaimana akhir dari kisah Juraij kendala sholat adalah sebuah ibadah yang sangat utama dan kita dilarang untuk memutuskan sholat. Namun jika hal tersebut membuat ibunya kesal, marah dan jengkel, dan membuat ibunya sampai mengeluarkan kata-kata jelek (doa jelek), maka hal tersebut merupakan doa mustajab, sehingga hendaklah para orang tua berhati-hati dalam berdoa atau berucap untuk anaknya.

Nikah Beda Arah Dapat Musibah

Dalam islam tidak ada istilah “Nikah Beda Arah Dapat Musibah”, anggapan seperti ini dikarenakan adat dan kepercayaan yang berlaku disuatu  tempat. Dalam islam hal tersebut bias disebut dengan thiyaroh. Menurut Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimalloh, “Tathoyyur adalah menganggap sial atas apa yang dilihat, didengar, atau diketahui. Seperti yang dillihat yaitu, melihat sesuatu yang menakutkan. Yang didengar seperti mendengar burung gagak, dan yang diketahui seperti mengetahui tanggal, angka atau bilangan”. (Majalah Nikah Sakinah Volume 14, No. 7, Dzulhijjah 1436 – Muharram 1437 H Hal. 3)

Dalam islam kesialan tidak ada seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadis. Dari Jabir radhiyallohu ‘anhu, bahwa Rasululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, '
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا غُولَ

“Tidak ada penyakit menular {tanpa izin Allah}, tidak ada thiyarah {gerak-gerik dan keadaan burung yang diyakini sebagai pertanda adanya kemalangan yang akan menimpa diri seseorang, dan tidak ada hantu.' (HR. Muslim)

Para ulama mengatakan bahwa thiyaroh adalah anggapan akan terjadi kesialan atau musibah karena sebab sesuatu yang dilihat, didengar atau diketahui, misalnya mendapat sial karena melihat hewan tertentu, bertepatan dengan hari-hari dan waktu tertentu (hari naas), dan juga termasuk arah-arah tertentu.

Orang yang menikah beda arah atau dengan istilah seperti mikul (karena letak rumahnya yang satu di utara jalan dan yang satunya diselatan jalan) tidak akan mendapatkan sial, musibah, penyakit dan juga kecelakaan. Jika musibah tersebut terjadi, lebih dikarenakan ucapan-ucapan orang yang ada didekatnya yang kemudian berubah menjadi doa dan juga dikarenakan oleh orang tuanya sendiri.

Wallohu a’lam bishshowab

Referensi
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih. Kesalahan Dalam Berdoa. Bekasi : Darul Haq.
M. Nashirudin Al-Albani. 2005. Ringkasan Shahih Bukhari. Jakarta : Gema Insani Press
M. Nashirudin Al-Albani. 2005. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta : Gema Insani Press
Muhammad Shalih Ali Abdillah Ishaq. 2006. Bersujud dikeheningan Malam. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Mushthafa al-‘Adawi. 2002. Ensiklopedia Pendidikan Anak Jilid 1. Bogor : Pustaka Inabah
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. 2006. Fiqih Ibadah Dari Minhajul Muslimin. Solo : Media Insani Publishing
Majalah Nikah Sakinah Volume 14, No. 7, Dzulhijjah 1436 – Muharram 1437 H
http://cdn.ar.com/images/stories/2014/05/beda-arah.jpg

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

Powered by Blogger.