Breaking News
recent

Mereka Bilang Saya Pecandu

Hari ini cuaca tampak tenang, mendung bergelayutan di langit, namun enggan meurunkan hujan, hanya menyembunyikan sinar matahari yang berusaha masuk ke atmosfer bumi. Di bumi pun ada sebuah rum

ah mungil yang tampak nyaman dan sejuk, di sekitar rumah itu tumbuh rumput dan bunga yang tersusun dengan rapi. Dari dalam terdengar suara canda tawa anak-anak yang membuat suasana jadi tampak menyenangkan.

“Ma….. tolong buatkan teh hangat!” ucap seorang laki-laki kurus, tinggi, dan berparas oriental
“Iya….. pa, bentar! Ni masih cari gula!” jawab perempuan yang cantik berambut lurus. “Papa mau pisang goreng nggak? Ni mama lagi buat!” sambil meniriskan beberapa buah pisang goreng.
“Mau banget, itu kan kesukaan papa!”
“Anak-anak masih sama papa kan?”
“Masih, ni gi main-main ma mereka!”


Di luar rumah terdengar suara sepeda motor yang sedang diparkir, derap langkah kaki terdengar begitu jelas dan suara itu hilang di depan pintu, lalu terdengar suara pintu diketuk.
“Tok… Tok… Tok… assalaamu ‘alaikum!”
Wa’alaikum salaam”
jawab tuan rumah sambil berjalan menuju pintu
“Maaf pak! Apa benar ini rumahnya pak Yusuf?”
“Ya benar, dengan saya sendiri ada apa ya pak?” tanya pak Yusuf keheranan
“Bolehkah saya masuk? Mungkin lebih enak jika kita ngobrol-ngobrol di dalam.”
“Oh…iya, silahkan duduk pak!”
sambil menuju kursi yang terbuat dari bamboo
“Begini, saya mendapat kabar bahwa bapak adalah teman baik orang yang ada di foto ini, apakah benar?” sambil mengeluarkan foto seorang lelaki kurus
“hah!” Yusuf bertambah bingung
“Kemarin dia telah kami tangkap karena…..!” belum sempat selesai pembicaraan mereka dipotong oleh Yusuf
“Maaf pak sebentar, maa…tolong buatkan teh lagi ya!”
“Ya…. Pa!” tak lama kemudian istrinya membawa segelas teh hangat dan sepiring pisang goreng “Silahkan dinikmati hidangannya”
“Maa… tolong bawa anak-anak ke belakang, ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan bapak polisi ini”
Ya pa, ayo anak-anak ikut ke belakang, kita akan menanam bunga”
“Silahkan dilanjutkan lagi pak ceritanya!”
“Begini pak, kemarin Doni telah kami tangkap sebab dia telah mengadakan pesta narkoba bersama teman-temannya”
“Hah!
” wajah Yusuf tampak keheranan dan keget “Nggak mungkin pak! Dia kan sudah lama sembuh, hampir 2 tahun dia nggak pakai narkoba, saya kenal betul dengan dia pak! Sungguh sulit dipercaya”
“Oleh karena itu pak Yusuf, kami butuh bantuan Anda, sebenarnya kemarin dia telah berhasil kami tangkap namun ia lolos lagi bersama salah satu temannya, kini ia telah memiliki jaringan yang cukup luas dan telah menjadi bos.”

“Gila bener anak itu, padahal dulu saja sudah susah-susah menjalani perawatan agar bisa sembuh, tapi sekarang malah tambah parah, bikin pusing saja”
“Jika bapak tahu keberadaannya tolong hubungi, kami sangat mengahrapkan bantuan pak Yusuf”
“Jika memang bisa, saya akan membantu bapak”
“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kesediaan bapak membantu kami, karena masih banyak tugas kami mohon pamit dulu”


“Oh iya silahkan” pak Yusuf berdiri dan bersalaman dengan polisi itu lalu mengantarnya sampai depan pintu
Suasana di rumah yang sejuk dan damai itu tiba-tiba berubah jadi panas, angina yang berhembus tidak mampu mendinginkannya. Pak Yusuf duduk termenung di teras rumahnya, matanya menatap hamparan bunga di depan rumahnya dengan tatapan kosong. Dia memikirkan nasib temannya yang telah emnjadi pecandu lagi. Bayangan masa-masa suram yang dialami Doni kembali memenuhi pikiran Yusuf. Suasana itu, kemudian dipecahkan derap kaki istri Yusuf
“Ada apa tadi pak, kok tumben ada polisi yang datang kesini?”
“Mereka mencari Doni ma, itu lho temannya mas waktu dulu”
“Doni? Doni yang mana sich pa? apa yang dulu pernah jadi pecandu itu?”
“Iya ma, sekarang dia jadi pecandu lagi, malah katanya dia telah menajdi bos”
“Katanya papa dia sudah sembuh, kok sekarang jadi pecandu lagi?”
“Nggak tahu ma, pasti ada yang nggak beres, kalau punya kemauan biasanya dia akan berusaha dengan keras dan tidak akan menyerah, tapi kenyataannya sekarang seperti ini”
“Trus gimana donk pa?”

“Papa juga nggak tahu ma, tapi papa mau cari dia dulu, siapa tahu ada yang bisa mas lakukan untuk menyadarkannya lagi”
“Ya sudah besok papa cari Doni saja, mama setuju kok kalau papa cari dia, lagian papa kan satu-satunya teman baiknya, kasihan dia pa”
“Papa berangkat sekarang saja ma!”
“Kok buru-buru sich pa?”

“Ma…. Lebih cepat lebih baik, ntar dia malah pergi lebih jauh kan berbahaya ma, tenang saja, papa mungkin sudah tahu dimana dia”
“Kalau papa maunya begitu, ya… terserah papa saja, tapi hati-hati lho pa!”
“Tenang saja ma! Kalau begitu papa pergi dulu ma”
lalu Yusuf pergi dengan menaiki motor bebeknya dan meninggalkan istrinya di rumah.

Yusuf segera meluncur ke sebuah tempat yang sudah taka sing lagi baginya. Gang-gang yang sempit dan becek telah ia lalui, dan akhirnya dia pun tiba di sebuah gedung kecil yang dipenuhi nuansa gothic. Bangunan itu tampak sepi dan tak terawatt, seperti sudah lama ditinggalkan. Kemudian dia langsung masuk ke gedung itu, disana ia melihat seorang pria kurus yang umurnya sebaya dengannya. Ia mendekatinya, setelah yakin bahwa yang tidur adalah Doni maka dia membangunkannya.

“Don! Doni, cepat bangun”
Perlahan Doni pun membuka matanya dan perlahan bangun, ia menggosok-gosok matanya karena tidak percaya apa yang ada di depannya “Yusuf! Apa kabar fren?” Doni memeluk Yusuf
“Aku kemari mau mencarimu!”
“Emang ada apa? Kok kayaknya penting banget!”
“Iya, emang penting banget, masalah ini menyangkut dirimu”
“Tentang diriku?”
Doni keheranan
“Tadi, ada polisi datang ke rumahku. Katanya kemarin kamu baru saja ditangkap, terus sekarang kamu juga jadi Bandar, apa benar yang mereka katakan?”
“Kalau benar kenapa? Apa pedulimu?”
“Jadi benar? Buat apa sich kamu kembali ke jalan itu?”
“Nggak ada apa-apa, cuma bosan aja!”

Kamu bilang bosan? Don, dulu kamu berjuang mati-matian agar bisa sembuh, sekarang kamu bilang kembali lagi cuma dengan alasan bosan!”
“Aku bosan tetap dianggap sebagai pecandu”
“Maksudmu?”

“Walaupun aku sudah sembuh dan berusaha menjadi orang baik, namun kenyataannya nggak ada bedanya! Nggak ada yang peduli! Aku tetap dianggap preman, mereka bilang aku pecandu dan nggak akan mungkin jadi orang baik, selamanya penjahat!”
”Emang siapa yang bilang begitu? Aku enggak kan?”


“Tiap orang selalu mencibirku, menghinaku! Aku bosan, aku lelah, aku ingin dihargai atas semua usahaku untuk senbuh. Mereka belum tahu rasanya jadi pecandu, tapi mereka terlalu sombong untuk menerimaku!”
“Don!” Yusuf memegang pundak Doni “Aku akan selalu disampingmu, aku tahu rasanya jadi pecandu karena aku juga x-user. Kita pernah berjuang bersama agar bisa lepas dari rantai jahannam, so, aku nggak akan meninggalkanmu. Aku akan selalu mendukungmu, aku berharap kamu bisa sembuh lagi, mengembalikan masa lalu yang pernah rusak karena benda haram itu!”
“Aku tahu kamu akan mendukungku, Suf, tapi aku nggak sekedar butuh rasa simpatimu. Aku ingin orang-orang tidak menghinaku, aku ingin mereka menghargaiku dan aku ingin mereka….! Suf aku hanya manusia biasa yang tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan, aku tahu kamu akan selalu ada disampingku, Suf.”


Doni pun beranjak pergi meninggalkan Yusuf yang sendirian dan termenung memikirkan perkataan Yusuf. Mendung-mendung yang bergelayut segera menurunkan air hujan dan membasahi tanah-tanah di bumi, meresap, dan menyegarkan tanaman yang telah layu. Namun, segarnya air hujan tak mampu menyegarkan hati Doni dan melunturkan ingatan buruknya. Dia tetap berjalan dengan sejuta kekesalan dan di dalam otaknya dia ingat bahwa “mereka bilang saya pecandu”.

Sumber Gambar
5Dfly Template 

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

Powered by Blogger.