Breaking News
recent

Ironi Kemakmuran Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam budaya, bahasa, dan kekayaan alam, tanahnya subur dan terletak di garis khatulistiwa sehingga selalu mendapatkan sinar matahari yang cukup banyak yang menyebabkan tanamannya dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, banyak yang menganggap bahwa rakyat hidup makmur, tetapi kenyataannya justru sebaliknya, rakyat Indonesia banyak yang kelaparan dan kekurangan gizi. Apanya yang salah? Kenapa negara kita menjadi miskin? Tentunya pertanyaan-pertanyaan serupa juga mengelilingi pikiran kita. Sebenarnya fenomena yang terjadi dalam di negara kita dikarenakan beberapa faktor, dan salah satunya adalah kita semua telah terjebak dalam trilogi beracun. Trilogi tersebut adalah:
Pertama, subsidi yang berlebihan. Sejak dulu kita selalu diberi subsidi secara besar-besaran, rakyat dibuat hidup enak dan harga barang tergolong sangat murah, sehingga mesyarakat hidup dengan makmur. Memang kita membutuhkan subsidi, akan tetapi apabila dengan memberi subsidi yang besar dapat membuat rakyat makmur, maka hal ini bukanlah pikiran yang benar karena jika subsidi itu dicabut atau dikurangi secara mendadak, maka ekonomi akan menjadi lemah dan masyarakat akan kebingungan, seperti yang terjadi saat ini. Analoginya begini, kita ibaratkan pemerintah sebagai orang tua, masyarakat sebagai anaknya, dan subsidi sebagai uang. Seorang anak yang sejak kecil sampai dewasa diberi uang oleh orang tuanya, tanpa disuruh bekerja dan dikurangi uang jatahnya, maka dapat dipastikan bahwa ketika jumlah uang sakunya dikurangi atau diputus anak tersebut ketika dewasa akan hidup susah dan tidak akan bisa hidup sendiri. Berbeda sekali dengan anak yang Cuma diberi uang waktu kecil saja, dan seiring dengan berjalannya waktu jumlah uang tersebut dikurangi pada batas tertentu, dan kemudian orang tuanya menyuruhnya untuk belajar mencari uang sendiri, kelak anak yang terakhir ini pasti bisa hidup mandiri dan mengatasi masalahnya sendiri. Begitu juga dengan masyarakat Indonesia, karena sejak dulu selalu mendapatkan subsidi yang besar, maka ketika subsidi itu dicabut masyarakat mengalami kesulitan ekonomi dan pemerintah pun juga harus menanggungnya (utang luar negeri), sebab ada pembengkakan biaya yang cukup besar. Apabila sistem ini tidak diganti, maka keadaan bangsa kita juga tidak akan segera berubah dan masyarakat akan tetap menderita. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat membutuhkan subsidi, namun apabila jumlahnya berlebihan, maka subsidi sama dengan bunuh diri dan kelak akan menjadi boomerang bagi kita semua.
Kedua, salah faham tentang falsafah nenek moyang. Di Indonesia ini ada beberapa falsafah yang terkenal, diantaranya adalah “nerimo ing pandum” atau menerima segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan. Falsafah ini begitu mempengaruhi sebagian besar masyarakat kita. Tapi sayangnya banyak yang tidak faham dengan makna yang sesungguhnya. Falsafah ini ingin menjelaskan bahwa kita harus menerima dengan lapang dada (pasrah) semua yang telah diberikan kepada kita, terutama masalah rejeki. Namun, sebelum memasrahkan semua urusan kepada Tuhan kita diharuskan untuk berusaha dengan keras untuk mencapai semua yang kita inginkan, dan apabila tidak bisa mencapai hasil yang maksimal, maka kita harus “nerimo ing pandum” karena Tuhan lebih tahu apa-apa yang terbaik bagi kita semua.
Kenyataannya sebagian besar masyarakat kita nerimo ing pandum sebelum melakukan apa-apa, sehingga apa yang mereka dan kita semua inginkan hanya menjadi angan-angan saja. Jika, kesalahan pemahaman ini tidak segera dirubah, maka keterpurukan bangsa ini akan berlangsung lebih lama lagi dan kita tidak akan menjadi bangsa yang makmur.
Ketiga, kurangnya rasa persatuan dan kesatuan serta gotong royong beberapa dekade ini. Negara kita mengalami krisis multi dimensi dan parahnya kita juga mengalami krisis gotong royong. Semakin lama rasa persatuan dan kesatuan semakin memudar, padahal dengan bekal itulah negara kita bisa maju. Tengoklah lembaran sejarah masa lalu dimana pada saat itu nenek moyang kita harus melawan penjajah dengan bambo runcing dan alat seadanya. Mereka yang hanya berbekal alat sederhana dan rasa persatuan bisa mengusir penjajah yang menggunakan senapan mesin. Karena rasa persatuan yang sangat besar kita mampu menjadi negara yang bebas dari penjajahan. Dan hanya dengan persatuanlah kita akan bisa mengatasi semua masalah yangs edang kita hadapi. Bila kita ingin maju, maka kita harus bahu-membahu dalam membangun bangsa ini tanpa mempermasalahkan ras, suku, budaya, dan partai serta menghindari tawuran karena masalah sepele seperti yang terjadi sekarang ini.
Fenomena yang terjadi di negara kita merupakan masalah yang cukup rumit yang disebabkan oleh kita sendiri, sehingga apabila ingin merubah keterpurukan ini kita harus mulai dari diri sendiri dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan, sebab tanpa persatuan kita tidak akan bisa melakukan perubahan.

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

Powered by Blogger.