Tahun baru, bagi banyak orang tanggal 1 januari merupakan tanggal keramat dan tanggal baru dalam memulai lembaran hidup yang baru. Pergantiannya selalu disambut dengan meriah oleh semua masyarakat, tak peduli kapan dan bagaimana cara mereka merayakannya.Perayaan tahun baru dianggap sebagai peringatan hari besar tertua sepanjang sejarah. Pesta tahun baru dirayakan pertama kali di Babilonia, sekitar 400 tahun yang lalu. Bagi masyarakat Babilonia, tahun baru merupakan perayaan atas dimulainya bulan baru setelah vernal equinox (lamanya malam sama dengan lamanya siang), hal ini disebabkan oleh, karena pada saat itu matahari berada dalam posisi tepat di atas garis equator, sehingga, pada hari tersebut durasi siang sama panjangnya dengan durasi malam hari.
Penentuan peringatan tahun baru pada tanggal 1 januari, dimulai pada tahun 45 SM, pada masa kekaisaran Romawi di Eropa1. Kata “kalender” yang dipakai masyarakat pada saat ini sebagai istilah penanggalan, berasal dari bahasa Latin “calends”, yang mempunyai arti festival tahun baru bangsa Romawi. Pada masa itulah tanggal 1 Januari diputuskan sebagai permulaan tahun baru.
Nama bulan Januari diambil dari salah satu nama dewa masyarakat Romawi, yaitu Janus, yang mempunyai dua muka dan bisa melihat ke 2 arah secara bersamaan. Ke arah belakang disimbolkan sebagai masa lalu, sedangkan kearah depan disimbolkan sebagai masa depan.
Sebagian masyarakat Prancis yang pada saat itu masih di bawah kekuasaan Romawi ada yang belum tahu bahwa peringatan tahun baru sudah berganti ke tanggal 1 Januari. Mereka tetap merayakan tahun baru pada tanggal 1 April yang dianggap permulaan musim semi (karena sebelumnya mereka merayakan tahun baru setiap awal musim semi). Karena ketidaktahuannya, akhirnya mereka diejek dan dicemooh atas kebodohannya. Akhirnya pada masa selanjutnya tanggal 1 April diperingati sebagai April Fool’s Day atau lebih dikenal lagi dengan istilah April Mop (hari berbohong)
Bagi masyarakat Hindu-Bali, tahun baru adalah saat yang tepat untuk melakukan introspeksi diri atas segala perbuatan yang dilakukan selama satu tahun. Mereka melakukannya setiap peringatan Hari Raya Nyepi yang selalu dilakukan pada bulan April dengan menerapkan 4 kegiatan yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelangguan (tidak bersenang-senang), dan amati lelungan (tidak bepergian). Sedangkan masyarakat Thailand, mereka menandainya dengan melakukan ritual pesta air, dimana orang saling menyiramkan air satu sama lain sebagai simbol penyucian diri dari segala dosa dan mengusir nasib sial.
Lalu bagaimana dengan Islam? Dalam Islam tidak ada yang namanya peringatan tahun baru, dan untuk mengadakan perubahan hidup juga tidak harus pada hari itu, karena dalam Islam untuk merubah keadaan ke arah yang lebih baik dan untuk melakukan tobat dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, bahkan semakin cepat semakin baik.
Bagaimana jika kita ikut merayakannya? Dari sejarah di atas, kita tahu bahwa perayaan Tahun Baru berasal dari kepercayaan non-Islam yang menyembah dewa-dewa. Bila kita ikut-ikut merayakan pesta Tahun Baru, maka secara tidak langsung kita telah merayakan hari raya orang kafir, dan Rosulullah telah melarangnya
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمْ
Dari Ibnu Umar, dia berkata, Rosulullah bersabda “Barang siapa meniru perbuatan suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)
Selain itu, perayaan Tahun Baru merupakan suatu perbuatan sia-sia dan merupakan pemborosan, dimana setiap perayaannya pasti menghabiskan uang tanpa ada gunanya sama sekali. Padahal pemborosan merupakan langkah-langkah syetan dalam menjerumuskan manusia dan mengikuti langkah-langkah syetan dilarang oleh Allah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ
بِالْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. (QS. An-Nur/21 : 21)
Dengan demikian, seharusnya kita tidak mengikuti dan berpartisipasi dalam perayaan Tahun Baru. Karena untuk melakukan perubahan hidup tidak harus menunggu tanggal 1 Januari, melainkan kapan saja, lebih cepat lebih baik.
Wallahu a’lam bisshowab
References
Umar Sulaiman Al-Asyqar. 2006. Fikih Niat Dalam Ibadah. Jakarta : Gema
Insani Press
http://hizbut-tahrir.or.id/wp-content/uploads/2010/12/tahun-baru.jpg
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. 2006. Fiqih Ibadah Dari
Minhajul Muslimin. Solo : Media Insani Publishing
Mushthafa al-‘Adawi. 2002.
Ensiklopedia Pendidikan Anak Jilid 1. Bogor : Pustaka Inabah
M. Nashirudin Al-Albani. 2005. Ringkasan Shahih Bukhari.
Jakarta : Gema Insani Press
M. Nashirudin Al-Albani. 2005. Ringkasan Shahih Muslim.
Jakarta : Gema Insani Press
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
2008. Dosa Malapetaka Terbesar : Kelemahan, Kemalasan, Kelalaian, Kerugian, Dan
Penyesalan. Pustaka Hidayah : Bandung
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
2005. Tamasya Ke Syurga. Darul Falah : Jakarta
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.