Setiap tahun ajaran baru setiap orang tua dibuat pusing
oleh biaya-biaya sekolah. Biaya seragam, alat-alat tulis dan lain-lain.
Terlebih lagi bagi yang masuk sekolah alias mendaftar, tentu ada segudang biaya
yang harus dilunasi. Untungnya pemerintah mencanangkan program BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk BOS
bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan
dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Sedangkan
tujuan khusus Program BOS menurut http://bos.kemdikbud.go.id antara lain :
- Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih;
- Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
- Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Dengan program tersebut beban biaya sekolah dapat
berkurang. Pihak sekolah tidak kurang akal juga, beberapa sekolah terkadang
memungut biaya, sekarang bukan uang gedung namanya, melainkan infak. Infaknya
pun ada batas minimal dan jangan dikira infaknya hanya 10 atau 100 ribu, bahkan
ada yang sampai 1 juta. Tak jarang pula yang menggunakan sistem harian, setiap siswa
diwajibkan membayar infak sebesar Rp. 500. Jangan dikira angka ini kecil, jika
dalam 1 hari Rp. 500 dan dengan asumsi jumlah siswa 1 sekolah adalah 250 siswa
maka, dalam sehari infak tersebut Rp. 125.000 dan dalam sebulan Rp. 3.750.000,
kalau dalam setahun Rp. 45.000.000[1].
Jumlah yang lumayan besar kan ? saya tidak buat apa uang sebesar itu dan apa
tujuannya menyuruh anak-anak infak setiap hari, tapi terdengar kabar bahwa uang
tersebut digunakan untuk paving halaman sekolah. Selain itu, kadang kala orang
tua dan pihak sekolah juga melakukan jual beli bangku. Kasus seperti ini
biasanya terjadi karena si anak tidak diterima disekolah yang diinginkan atau
tidak lulus dalam seleksi penerimaan siswa baru dan bisa juga karena terlambat
daftar disekolah, sehingga terjadilah jual beli bangku. Harga bangku antara
sekolah satu dengan yang lainnya tidak sama, tergantung keadaan sekolah dan
kesepakatan antara guru dengan orang tua. Tingkat SMP biasanya berkisar 1,5
juta – 3 juta, kalau tingkat SMA kota besar malah bisa lebih besar.
[1]
Saya pernah menjumpai kebijakan lain di sebuah sekolah yang apabila pembayaran
iuran (uang gedung sekolah dll kalau tidak salah) dilakukan tunai hanya 400ribu
dan jika dicicil 450ribu
Sumber Gambar :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4VJGzzpsYuKTkRvw9ggAGyTCv8Y8jYVUXBidf0dBWgF6P2MYMKlmLbDf364RGl_U95xidja3vxSlJsTCZqPIvJhuImh6RQqgyn5N5p-nnG2jei__G_trC71XChqhAkftNnoHPGfDyZZc/s1600/BODOH=MAHAL.jpg
Sumber Gambar :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4VJGzzpsYuKTkRvw9ggAGyTCv8Y8jYVUXBidf0dBWgF6P2MYMKlmLbDf364RGl_U95xidja3vxSlJsTCZqPIvJhuImh6RQqgyn5N5p-nnG2jei__G_trC71XChqhAkftNnoHPGfDyZZc/s1600/BODOH=MAHAL.jpg
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.