Apa
yang dirasakan seorang siswa siswa apabila mendapat nilai bagus ? pastinya akan
sangat senang sekali. Apalagi gurunya, pasti lebih senang lagi, karena jermih
payahnya telah berhasil dengan baik. Namun apa daya jika nilainya jelek, yang
pasti keduanya bermuram durja, dan wajahnya sepahit buah maja.
Didalam
dunia pendidikan ada yang lebih penting selain nilai, yaitu, kejujuran. Banyak nilai yang
diraih dengan cara – cara yang tidak benar agar angka yang terdapat dikertas
bisa bagus, misalnya dengan mencontek. Nego dan mencontek jaman sekarang sangat
berbeda dengan jaman dulu, ada berbagai
cara yang lebih mudah dan efektif pada jaman sekarang, antara lain :
Pertama,
Dengan kertas /
buku.
Mencontek dengan menggunakan kertas berisi catatan merupakan cara lama untuk
mendapatkan nilai dengan cara yang tidak benar dan hingga saat ini masih ada
yang menggunakannya karena dinilai masih efektif oleh beberapa siswa.
Kedua,
Dengan SMS.
Cara ini harus dilakukan oleh dua orang, yang satu didalam kelas mengerjakan
ulangan sedangkan yang lain membuka catatan ditempat lain.
Ketiga,
Dengan fasilitas Google.
Google merupakan mesin pencari yang canggih karena bisa menampilkan informasi
yang kita inginkan, tinggal mengetik kata dari informasi yang kita inginkan,
maka kita akan mendapatkan jawaban yang cukup lengkap, dengan mesin pencari
ini. Dan dengan fasilitas ini, maka kegiatan mencontek menjadi sangat mudah
karena hampir disetiap ponsel disediakan aplikasi GPRS (General Pocket Radio Service) sehingga semakin cepat mencari jawaban.
Keempat,
Dengan Draft.
Ternyata ada juga siswa yang rajin mengetik pelajaran di HP kemudian
menyimpannya di bagian Draft, dan
bahkan ada juga yang sudah menjadi mahasiswa yang seperti itu, dan hasilnya
lumayan bagus karena nilai IP-nya di atas 3,5.
Kelima,
Foto.
Saya mengetahui cara ini ketika mengetahuinya teman saya sedang mencontek
pelajaran statistik, dia memotret rumus statistik kemudian menyimpan dan
kemudian membagikannya kepada teman-temannya lewat fasilitas Bluetooth, dan sayangnya tidak semua temannya memiliki HP yang
menyediakan fasilitas bluetooth,
sehingga nilainya tetap sedikit saja karena tidak mendapatkan contekan.
Keenam,
Dengan nego.
Kadang saya merasa tersenyum jika ingat dengan beberapa mahasiswa yang
kebingunan karena nilainya tidak sesuai dengan yang ada dibenaknya dan walhasil
untuk mengubah nilai tersebut mereka nego dengan dosen agar nilainya dapat
terangkat, sungguh menggelikan dan membuat saya teringat dengan puisi yang
berjudul Sajak Palsu karya Agus. R.
Sarjono.
Dalam
dunia pendidikan nilai memang nilai sangat penting dan bahkan dalam dunia kerja
karena sekarang ini banyak perusahaan yang menentukan nilai minimal IPK bagi
calon pelamar kerja. Namun, yang harus diingat adalah memang segala-galanya
butuh nilai tapi nilai bukanlah segala-galanya. Untuk apa nilai bagus apabila nilai tersebut didapat dengan
cara yang tidak benar, lebih baik nilai yang kurang bagus tapi diperoleh dengan
cara yang benar. Kelak secara tidak langsung kita akan dimintai pertanggungjawaban
nilai, jika nilai tersebut tidak sesuai kemampuan, maka kita akan malu sendiri
karena nilai tersebut merupakan nilai palsu. Terkait nilai palsu Agus R.
Sarjono pernah menyindirnya lewat pusinya yang berjudul “Sajak Palsu” seperti dibawah ini
Selamat pagi pak, selamat pagi buucap anak sekolah dengan sapaan palsuLalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu.Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsuKarena tak cukup nilai, maka berdatanganlahmereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guruuntuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsuSambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu,akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itusambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsudengan nilai-nilai palsu yang baruMasa sekolah demi masa sekolah berlalumerekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,ahli pertanian palsu, insinyur palsu.Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsuDengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsudengan ekonomi palsu sebagai panglima palsuMereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsuyang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu.Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonusdan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam jugapinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeriyang dijaga pejabat-pejabat palsuMasyarakatpun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsuMaka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsusehingga semua blingsatan dan terperosok krisisyang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsuLalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu
Sumber Gambar :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjU6lg58A13vXuaymHGZP-qZw-MDZnhg46eK8sz3WkPj4DwmKDCsd1myW0tzZfFpcYb3gm0Y1_jNsa4fig0TD-RSAfTvyQZJef1sEe46YVneHMkKX555Ctc-9FV1mQ8ldK2gn_L_huHJ4/s1600/1253762799kkkkkkkkkk62.jpg
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.