Menjadi
PNS (Pegawai Negeri Sipil) bagi sebagian orang merupakan sebuah impian, karena
selain mendapat gaji tetap yang lumayan, juga mendapat beberapa tunjangan dari
pemerintah. Tak mengherankan jika banyak masyarakat berebut untuk menduduki
jabatan tersebut. Dan tak jarang pula banyak yang menggelontorkan uang ratusan
juta rupiah untuk mendapatkan posisi yang diinginkan.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa mental PNS di Indonesia banyak yang bobrok. Pertama,
banyak pegawai negeri yang telat.
Bukan rahasia lagi kebiasaan terlambat atau bolos dilingkungan pegawai PNS
merupakan hal yang biasa.
Walaupun kadang tertangkap kamera televisi mereka masih bisa mengelak dan tidak
merasa malu. Setiap minggu pertama masuk kerja, banyak sekali PNS yang bolos kerja
atau terlambat. Beberapa waktu
yang lalu saya mencoba datang ke suatu Mall di kediri dipagi hari alias masih
jam sekolah. Sungguh mencengangkan, guru-guru sudah berbelanja padahal masih
banget. Dan yang lebih heboh, tak hanya warga kediri, melainkan dari kabupaten
Tulung Agung juga berbelanja ke Kediri, mungkin agar tidak ketahuan. Uniknya
guru tersebut rukun dengan siswa, para siswa juga ikut bolos, mereka nongkrong
di food cort, lantai bawahnya yang
digunakan guru untuk bolos. Dan jika didekat rumah saya
adalah pasar kambil.[1]
Disana dapat dengan mudah dijumpai PNS yang bolos kerja sambil ngopi.
Di daerah saya juga ada guru SD yang sering telat, sebut saja namanya Aldo,
warga sekitar sudah tahu perihal tersebut, bahkan murid-murid
pun juga mengetahuinya, sehingga
banyak masyarakat memberinya gelar “Guru Warung” nama ini disematkan karena
pak Aldo tersebut sering kali terlambat dan keterlambatannya bukan karena suatu yang penting
melainkan hanya karena nongkrong diwarung. Suatu ketika saya mencarikan sarapan
teman yang lagi bekerja disawah ke warung dan jam 8 pagi pak Aldo masih berada
diwarung menikmati secangkir minuman dan makanannya, dan ini bukan pertama
kalinya melainkan sudah berkali-kali, padahal muridnya jam 7 sudah ada
disekolah. Saya juga tidak tahu kenapa tidak ada tindakan dari kepala sekolah
maupun Dinas UPTD setempat, padahal status pak Aldo sudah menjadi PNS. Kalaupun
sudah ada tindakan kenapa pak Aldo sampai sekarang masih sering di warung
ketika jam sekolah ??? Apakah memang tidak dilaporkan oleh pihak sekolah kepada
Dinas UPTD setempat ? Kadang saya merasa kasihan dengan anak-anak karena bila
dibandingkan dengan sekolah lain anak yang diajar pak Aldo kurang menguasai
materi. Mungkin ini efek dari seringnya beliau telat dalam mengajar anak-anak.
Kedua,
banyak yang tidak berusaha meningkatkan
kualitas. Guru PNS atau sertifikasi di Indonesia mempunyai beberapa catatan
kelam, menurut pengalaman saya sendiri, banyak yang tidak begitu peduli dengan
status mereka, walaupun sudah mendapat gaji yang lumayan, sebagian besar
cenderung menggunakan gajinya untuk keperluan konsumtif dan tidak ada alokasi
untuk peningkatan kualitas, misalnya anggaran untuk membeli buku-buku pelajaran
atau belajar komputer. Saya pernah mendengar sendiri perkataan dari seorang
guru, beliau ketika bertanya harga buku kepada saya dan saya jawab sekitar Rp
40.000, beliau langsung bilang tidak jadi titip, lebih baik nunggu anggaran
dari sekolah saja. Saya kadang heran dengan sebagian besar guru, mereka sudah 5
– 15 tahun lamanya mengajar namun buku pelajaran yang mereka miliki bisa
dihitung dengan mudah, bahkan ada yang hanya mengandalkan LKS saja. Jujur saja,
jika mau menyisihkan gajinya untuk membeli buku pelajaran sebenarnya tidaklah
mahal, karena harga buku hanya berkisar Rp 25.000 – Rp 60.000. Jika gaji Rp
1.500.000/bulan disisihan yang Rp 25.000 untuk membeli buku, tentu bukan
masalah. Atau bisa juga menyisihkan sebagian untuk belajar mengoperasikan komputer.
Yang harus diubah dalam pendidikan di Indonesia adalah mentalnya, bukan masalah
gaji, karena buktinya banyak yang sudah lulus sertifikasi + menjadi pegawai
PNS, akan tetapi mereka tetap saja sering bolos atau tidak menggunakan gajinya
dengan baik dan tidak berusaha meningkatkan kualitasnya, silahkan dicek di
beberapa sekolah yang ada dibeberapa daerah, terutama guru SD/MI, ada berapa
guru yang bisa mengoperasikan komputer, berapa jumlah buku yang mereka miliki
yang terkait pendidikan, apakah mereka dapat menyebutkan 10 nama penulis buku,
apakah mereka dapat menyebutkan 10 nama penerbit buku, apakah mereka dapat
menyebutkan 10 judul buku, apakah mereka dapat menyebutkan 10 nama toko buku
yang ada didaerah sekitarnya. Tentu akan banyak yang tidak bisa menjawab
pertanyaan tersebut. Maksud dari pertanyaan diatas adalah untuk mengetahui
koleksi atau buku yang pernah dibaca, karena jika seseorang sering membaca
buku, maka secara otomatis akan tahu nama penerbit, penulis atau nama toko buku
Sebagai guru tentu kita juga punya kode etik dalam mengajar murid. Kita
harus mengajar murid dengan baik, terlebih bagi yang sudah menyandang gelar PNS
atau lulus sertifikasi, yang gajinya lumayan besar dan juga merupakan dari uang
rakyat, tentunya harus lebih serius dalam mendidik muridnya, jangan hanya
mengharapkan gaji dan tunjangan yang besar tanpa mau serius dalam menjalankan
tugasnya. Tanggung jawab sebagai pengajar sangatlah besar jadi
kita harus serius dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada mereka.
[1]
Sebutan pasar kelapa di Pasar Sambi, perbatasan Kediri-Blitar di Jawa Timur,
yang mana ditempat itu banyak berjajar warung dan biasanya dijadikan sebagai
tempat nongkrong para PNS.
Sumber Gambar :
http://www.nyunyu.com/medias/2012/08/Cara-biar-bisa-bolos-tapi-gak-kena-absen2+.jpg
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.