Breaking News
recent

Disleksia = Kurang Cerdas ???

Beberapa diantara kita mungkin ada yang tahu ada anak yang mengalami kesulitan belajar atau lambat bila dibandingkan dengan teman-temannya. Bila pernah mengetahuinya jangan memandangnya sebagai anak yang lambat belajar, karena barang kali mereka menyandang disleksia.

Disleksia merupakan salah satu jenis gangguan belajar yang bukan diakibatkan keterlambatan mental, keterlambatan dalam memahami sebuah instruksi, cacat fisik maupun tidak adanya kesempatan belajar. Pada umumnya penyandang disleksia mempunyai tingkat kecerdasan dan pemahaman yang normal, selain itu mereka juga mempunyai kemampuan bahasa lisan yang cukup baik. Namun, mereka mempunyai kelemahan, yaitu mereka mempunyai kesulitan dalam membaca, menulis maupun mengeja suatu kata.

Disleksia adalah kelainan yang dialami seseorang, yang menyebabkan kemampuan membaca dan menulisnya agak terganggu. Kelainan ini sudah terlihat sejak mereka kanak-kanak dan tak jarang pula bertahan hingga dewasa. Menurut penelitian Prof. John Stein dan Prof. Tony Monaco, sekitar 90% penderita disleksia adalah kaum pria.

Para ahli mengatakan disleksia dikarenakan adanya kelainan gen dalam rangkaian kromosom. Kelainan inilah yang menyebabkan perbedaan neurologist pada otak. Orang yang menyandang disleksia mempunyai bagian otak kanan yang lebih besar daripada orang normal. Hal ini menyebabkan mereka mempunyai “kabel-kabel” yang berbeda pula, dan sel-sel otaknya berada di tempat yang tidak lazim serta susunannya tidak serapi pada orang non-disleksia.

Pada saat membaca, orang dengan disleksia tidak menggunakan otak kiri, sehingga mereka tidak mampu menyimpan memori visual huruf dan kata. Mereka mengalami yang namanya “cross lateralization”, dimana otak kiri dan kanan bertukar fungsi. Misalnya, mereka terpaksa menggunakan otak kanan untuk membaca, dan arena otak kanan tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan tugas ini, maka hasilnya tidak bisa maksimal. Namun, karena kelemahan inilah, mereka justru memiliki keistimewaan dibanding non-disleksia. Mereka mempunyai bakat-bakat yang didukung otak kanan, yang membuat mereka memiliki kelebihan di bidang artistik, atletik, dan kemampuan konseptual matematika. Selain itu, mereka juga lebih kreatif, imaginatif, dan mampu berpikir global yang didukung dengan rasa ingin tahu yang besar.

Tingkat keparahan disleksia antara penyandang yang satu dengan yang lainnya tidak sama, namun mereka mengalami kesulitan yang sama, yaitu kesulitan dalam bahasa. Gangguan belajar pada penyandang disleksia sangat khas, sehingga mudah untuk dikenali. Gangguan belajar penyandang disleksia meliputi beberapa masalah, diantaranya:

Pertama, Arah
Penyandang disleksia juga mengalami kesulitan dalam hal yang berhubungan dengan arah, seperti:
-       Tidak bisa menunjukkan arah mata angin, tidak bisa membaca peta, sering tersesat sewaktu bepergian
-       Sulit menghafal arti kata atas-bawah, kiri-kanan, luar-dalam, dll.
-       Mengalami kesulitan mengingat cara membuat huruf dan arahnya, misalnya arah lingkaran dalam huruf b dan arah ekor huruf q

Kedua, Menulis
Sewaktu menulis, penyandang disleksia mempunyai cara yang tidak lazim bila dibandingkan dengan non-disleksia, mereka memegang pensil sangat erat, sehingga tangannya cepat pegal. Tulisan berawal dan berakhir di tempat yang tidak lazim, tidak bisa menulis dalam garis lurus, jarak tulisan tidak karuan, dan tidak mampu menulis dengan baik dan lancar.

Ketiga, Mengeja
Selain mengalami gangguan tentang arah dan menulis, penyandang disleksia juga mengalami gangguan dalam mengeja, misalnya:
-       Sering menukar arah huruf dan mengacaukan urutan
-       Sering mengalami kesalahan kata tertentu, walaupun sudah sering dilatih
-       Melakukan kesalahan mengeja saat menyalin kata-kata dari buku

Keempat, Membaca
Di rumah, saya mempunyai murid penyandang disleksia, sebut saja namanya Riko. Riko merupakan murid yang cukup berprestasi, namun dia tidak bisa membedakan atau sulit membedakan anatara huruf “b” dan “d”. Setiap menjumpai kata yang mengandung huruf b dan d, seperti bamboo dan jambu, dia membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membedakannya, namun seringkali salah. Selain itu, sampai sekarang (pada saat buku ini ditulis) dia juga masih belum bisa melafalkan “y” ke dalam bahasa inggris. Padahal setiap pertemuan saya selalu mengajarkan cara membacanya, kemudian menyuruhnya untuk menirukan. Setiap melafalkan huruf “y” dia selalu bilang “you”, padahal tidak seperti itu pelafalannya. Tapi apa mau dikata, memang seperti itulah penyandang disleksia dan ciri-ciri mereka. Namun selain itu, masih ada cirri-ciri lain dari penyandang disleksia, antara lain:
-       Lambat dan tidak akurat saat membaca kata yang berdiri sendiri
-       Mengalami kelelahan saat selesai membaca
-       Saat membaca ia sering mengabaikan tanda baca yang ada dan sering terputus-putus
-       Penyandang disleksia sulit membedakan huruf b dan d, huruf p dan q, huruf m dan n

Satu hal yang menggembirakan, penderita disleksia masih mempunyai kesempatan untuk berprestasi, bahkan melebihi anak-anak normal. Jadi, walaupun mengalami kesulitan membaca, mereka tetap bisa meraih impiannya, karena mereka memang bukan anak bodoh. Banyak tokoh-tokoh dunia yang menjadi penyandang disleksia, misalnya Tom Cruise, Sylvester Stallone, Walt Disney, Beethoven, John Leenon, Mozart, Thomas Edison, Albert Einstein, Edgar Allon Poe, Agatha Cristie, Winston Churchil, dll.

Sumber Referensi :
Adi W. Gunawan. 2005. Born To Be a Genius. Gramedia : Jakarta
http://www.amazine.co/wp-content/uploads/2014/11/disleksia-dyslexia.jpg

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

Powered by Blogger.