
Sebelum
muncul sebuah keinginan, pasti muncul sebuah ide. Ide ini tidak hanya tentang
hal-hal besar, melainkan juga hal-hal yang kecil, karena bisa jadi ide besar
merupakan ide yang pada mulanya kita anggap kecil. Misalnya, Gutenberg mampu
menciptakan mesin cetak karena idenya untuk menggabungkan sebuah mesin pelubang
kain dengan alat pemeras anggur.
Newton
menggabungkan air pasang dan jatuhnya sebuah apel, yang akhirnya melahirkan
teori gravitasi, Lipman mengawinkan pensil dan karet penghapusnya sehingga
tercipta pensil dengan penghapusnya, Hutchins menyatukan sebuah jam dengan
alarm yang melahirkan jam weker sehingga kita bisa bangun pada waktu yang kita
inginkan.
George
Westinghouse menemukan ide untuk membuat rem-rem angin pada saat dia sedang
membaca tentang sebuah bor batu dengan angina prgas yang mereka pakai untuk
membuat terusan di pegunungan Alpen. James J. Ritty berusaha menciptakan alat
yang mencatat uang tunai yang masuk di restorannya, sehingga kasirnya tidak
perlu menjejalkan uang tunai tersebut ke dalam sakunya. Suatu saat, dia melihat
kapal uap yang melintasi samudera atlantik, yang diatasnya terdapat sebuah alat
yang menghitung dan mencatat putaran baling-baling kapal uap tersebut, kemudian
dia menggunakan prinsip yang sama untuk membuat cash register pertama di dunia.
Ide-ide
yang ada dalam pikiran, yang ingin dikembangkan, bisa berasal dari diri
sendiri, dari orang lain, maupun ide gabungan seperti yang dilakukan para tokoh
di atas. Dan jangn salah, kadang-kadang ide gabungan dapat menjadi suatu hal
besar suatu hari nanti, bahkan Dr. Roger van Oech menyarankan untuk melakukan
penyilangan ide dari luar seperti tertulis dalam a whack on the side of the head
“saya telah meneliti industri-industri
perfilman dan televisi, industri periklanan, kelompok-kelompok pemasaran,
kelompok-kelompok kecerdasan buatan, dan departemen-departemen kesenian. Satu
sebutan yang telah saya temukan adalah setiap kelompok merasa bahwa kelompok
merekalah yang paling kreatif dan anggota-anggotanya memiliki obat mujarab
khusus untuk mendapatkan ide-ide baru. Saya pikir ini baik, esprit de corps
membantu menciptakan suatu lingkungan kerja baik. Tetapi saya juga merasa bahwa
televisi bisa belajar banyak dari orang-orang software, dan orang-orang R&D
bisa mendapatkan ide-ide dari periklanan. Setiap budaya, setiap industri,
setiap disiplin, departemen dan organisasi memiliki cara masing-masing dalam
memecahkan berbagai persoalan, memiliki metafora sendiri, model-model dan
metodologinya sendiri. Tetapi yang sering terjadi adalah bahwa ide-ide terbaik
tercipta karena mengabaikan batasan-batasan disiplin dan menengok ke dalam
bidang-bidang yang lain untuk mendapatkan ide-ide dan pertanyaan-pertanyaan baru.
Berbagai kemajuan yang signifikan dalam seni, bisnis, teknologi, dan ilmu
pengetahuan telah terjadi melalui penyerbukan silang berbagai ide. Dan sebagai
akibatnya, tidak ada sesuatu pun yang akan membuat sebuah bidang mati lebih
cepat daripada mengesampingkan ide-ide dari luar.”[1]
Menggabungkan
ide dari disiplin ilmu yang lain merupakan suatu hal yang menyenangkan. Kita
dapat merangkai berbagai ide dengan lebih mudah dan melakukan variasi-variasi
yang menyenangkan. Jangan terpaku pada ide hasil pikiran kita sendiri, karena
hal ini akan mempersempit hasil kerja kita.
Saat
membaca saran dari Dr. Roger van Oech, saya tertarik dengan ide tersebut dan
mulai mencobanya saat mengajar. Ketika mengajar, saya menggunakan pendekatan
personal yang saya adopsi dari bidang kedokteran, pendekatan ini digunakan
untuk membantu proses penyembuhan pasien. Pendekatan ini membantu pasien untuk
mengurangi beban pikirannya dengan cara menceritakan kejadian-kejadian yang
dilaluinya maupun perasaannya. Dengan pendekatan ini saya dapat mengetahui
masakan yang disediakan anak-anak, kegiatannya di rumah, alamat tempat
tinggalnya, acara kesukaannya, makanan favoritnya, buku yang ingin dibacanya,
harapan di masa depan, dan banyak lagi yang lainnya, sehingga seolah-olah kami
adalah teman untuk berbagi, bukan layaknya seorang guru dan murid yang harus
selalu menjaga jarak.
Sedangkan
untuk materi, saya jarang menggunakan lembar kerja siswa (LKS) sepenuhnya.
Sebagian materi saya ambil dari bidang yang lain, misalnya saja sejarah,
teknologi, psikologi, pubertas, hal-hal yang berkaitan dengan cinta dan ilmu
pengetahuan lainnya. Namun, materi yang saya sajikan tetap dalam bahasa
inggris, sehingga mereka mendapatkan dua ilmu sekaligus, belajar bahasa inggris
dan pengetahuan lain. Dan yang lebih penting, mereka jarang merasa bosan dengan
materi yang dipelajari, tentunya materinya menyesuaikan dengan umur para siswa,
agar tercipta system pembelajaran yang kondusif. Oleh karena itu, jika ingin
menjadi sukses jangan takut untuk mencoba atau menghadapi ide dari dunia luar.
Setelah
mempunyai ide dan keinginan, maka secara tidak langsung untuk merealisasikannya
kita dituntut untuk berusaha dan tentunya sebuah usaha selalu membutuhkan
pengorbanan. Jika kita ingin makan, maka kita harus mencari uang dan untuk
mencari uang kita harus berani mengorbankan waktu, tenaga, maupun pikiran,
semua akan saling mempengaruhi.
Richard
P. Feyman mengatakan “Para pelaku
eksperimen paling rajin mencari dan dengan usaha paling besar, persis di
tempat-tempat yang tampak paling memungkinkan bagi kita untuk dapat membuktikan
teori-teori kita salah. Dengan kata lain, kita sedang mencoba secepat mungkin
membuktikan diri kita salah, karena hanya dengan begitu itu kita dapat
menemukan kemajuan.”
Untuk
mencapai kesuksesan diperlukan usaha yang keras, itulah yang dilakukan para
ahli. Nikola Tesla, seorang penemu arus bolak-balik, bekerja secara rutin tanpa
henti dari jam 10 pagi sampai jam 5 pagi berikutnya. Keuletan Edison merupakan
sebuah legenda, untuk menciptakan lampu pijar dia telah mengalami berbagai
kegagalan dan usaha keras. Untuk membuat senjata mesinnya bekerja, Gatling
harus bekerja keras selama kurang lebih empat tahun. Andrew Wiles bekerja
selama tujuh tahun untuk dapat membuktikan teorema terakhir Fermat – sebuah pembuktian
yang membingungkan ribuan pakar-pakar matematika selama berabad-abad. Demikian
juga dengan Charlie Chaplie, Newton, Kepler, Einstein dan yang lainnya. Semakin
besar keinginan kita, semakin besar pengorbanan yang diperlukan.
Sumber Referensi :
Jack Foster. Baca, Tertawa, Menang. Jogjakarta:
BACA!. 2005
Fadlan El-Qosaam. Super Teenager,Yogyakarta
: Pro-U Media
http://www.majalahtim.com/wp-content/uploads/2013/09/Kunci-usaha.png
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.