Breaking News
recent

Usaha, Niat, Dan Takdir

Mungkin anda pernah mengalami kegagalan ketika ingin mempelajari suatu ilmu atau mata pelajaran tertentu. Sudah beberapa kali mencoba, namu tetap saja tidak bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Ketika anda mengalami hal seperti ini, apa yang anda lakukan? Putus asa lalu enggan mencoba lagi? Atau mengatakan bahwa semua itu merupakan takdir?
Saya percaya bahwa sebagian besar masyarakat masih sangat percaya dengan takdir, dan itu tidak bisa disalahkan karena kita memang harus mempercayainya. Namun bukan berarti kita bisa terus-menerus menyalahkan takdir ketika apa yang kita inginkan tidak lekas tercapai. Kadang-kadang kita terlalu ceroboh saat menyalahkan takdir, karena pada saat itu juga kita tidak pernah melihat seberapa kuat niat yang ada di dalam hati kita dan seberapa keras usaha yang telah kita lakuakn. Usaha sampai 5 kali gagal, lalu memvonis takdir, apakah ini bisa disebut sebagai takdir? Saya kira tidak.
Tentu kita tidak asing dengan Albert Einstein, Beliau merupakan ilmuwan yang sangat terkenal dengan berbagai hasil penelitian dan pemikirannya. Namun siapa sangka dulunya Albert Enstein hanyalah orang biasa saja, dia dianggap sebagai anak yang aneh dan bodoh. Namun sekarang hampir semua orang mengenal dirinya sebagai orang yang hebat. Dan apakah anda tahu yang membuatnya begitu? Usaha keras, itulah kuncinya. Albert bisa mencapai hal tersebut karena kegigihannya dalam berusaha, bekerja keras, dan tidak menyerah, bukan takdir. Seperti yang dikatakan Thomas Alfa Edison “Jenius sesungguhnya adalah 99,9% keringat dan kerja keras dan 0,01 persennya adalah hanya inspirasi.
Banyak orang yang tidak percaya, termasuk teman-teman, bahwa sesungguhnya saya merupakan orang yang dulunya sangat tidak suka membaca buku. Melihat buku yang bertumpuk-tumpuk saja saya sudah malas mendekat, namun lain halnya sekarang lihat ada buku bagus tanpa pikir panjang langsunng saja disikat. Selain itu saya juga tidak bisa dan tidak suka bahasa inggris, tapi sekarang saya malah mengambil jurusan bahasa inggris.
Berulang kali mencoba membaca buku, tapi tetap saja tidak bisa. Buku setebal 100 halaman saja bisa sampai berbulan-bulan selesai membacanya. Karena tetap gagal, akhirnya saya malah membeli buku sendiri dan buku yang pertama dibeli adalah “The Puberty Book” karya Wendy Darwill dan Kelsey Powell. Apa yang saya harapkan tidak berjalan lancar, tetap saja tidak suka membaca, saya baru menemukan kenikmatan membaca saat membeli buku yang ketujuh, yaitu “Don’t Sweat the Small Stuff at Work” karya Richard Carlson.
Sekarang saya bisa menyelesaikan buku novel setebal 700 halaman dalam waktu 4-6 hari saja, serta memiliki koleksi buku pribadi kurang lebih sebanyak 350 buku, 100 majalah, serta setumpuk brosur-brosur yang saya kumpulkan. Sebenarnya, saya bisa memiliki buku yang lebih dari itu, namun karena uangnya harus dibagi untuk kuliah, makan, dan keperluan yang lain, maka untuk anggaran buku harus dipotong dan diatur dengan sebaik-baiknya.
Apa yang telah saya alami di atas bukan semata-mata karena takdir, melainkan melalui usaha keras dan melalui berbagai kegagalan yang membuahkan hasil baik. Jika anda belum bisa mendapatkan hasil seperti yang anda inginkan, jangan terlalu mengkambinghitamkan takdir, karena barang kali usaha anda kurang keras dan niat yang ada di dalam hati perlu untuk dipoles lagi.


No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

Powered by Blogger.