Belakang ini media sosial diramaikan dengan jilboobs, banyak akun facebook
dan twitter yang menyebutnya dirinya dengan Pecinta Jilboobs dan yang lainnya.
Akun ini pun menampilkan gambar-gambar wanita berjilbab namun berpakaian ketat,
transparan dan menampilkan bagian dadanya yang menonjol dan kadang cenderung
mesum, hal ini sangat meresahkan sebagian orang yang telah menggunakan jilbab.
Sebenarnya siapa sih yang salah dengan adanya jilboobs
ini ? Menurut saya kesalahan ini bukanlah kesalahan orang perorangan, namun ada
beberapa pihak, yang diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, pemakai pakaian itu
sendiri. Kesalahan yang pertama adalah dari pemakainya sendiri. Mereka tidak tahu
dan tidak berusaha mencari tahu bagaimana caranya berpakaian yang diperbolehkan
oleh agama, hanya ikut-ikutan trend mode
saja. Disini saya menggunakan kalimat “tidak tahu dan tidak berusaha mencari
tahu” karena sejatinya semua manusia tidak, namun dengan berusaha mencari
tahu maka kita bisa menjadi tahu, namun jika tidak mencari tahu maka selamanya
kita tidak akan tahu. Mencari tahu dapat dilakukan dengan bertanya kepada
seseorang yang tahu mengenai hal tersebut, googling dan bisa juga dengan
membaca buku tentang tata cara berhijab yang baik dan benar. Sayangnya
kebanyakan dari kita hanya mengikuti gaya apa yang trend pada waktu tertentu,
padahal kita dilarang untuk mengikuti apa-apa yang kita tidak ketahui
tentangnya, seperti dalam firman Alloh berikut ini
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S
Al-Israa/17 : 36)
Kita boleh mengikuti seseorang selama dalam kebaikan, dan
kebaikan tersebut juga berdasarkan al-qur’an dan hadis, jangan sampai kita
ikut-ikutan dengan segala sesuatu yang sedang menjadi trend, namun kenyataannya
perbuatan tersebut malah menjauhkan kita dari ajaran islam yang lurus.
Kedua, orang tua atau keluarga. Keluarga merupakan pusat
pendidikan yang pertama. Keluarga yang mempunyai ilmu yang bagus maka anaknya
akan mempunyai agama yang kuat. Mendidik anak merupakan kewajiban orang tua,
seperti firman Alloh
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan. (Q.S At-Tahriim/66 : 6)
Oleh karena itu, keluarga seharusnya mendidik anaknya
dengan baik, kalaupun keluarganya tidak mempunyai ilmu agama yang cukup, maka
bisa dengan mendidiknya lewat pesantren. Amatlah beruntung orang-orang yang
diberi karunia berupa anak perempuan
karena hal tersebut bisa menjauhkan kedua orang tuanya dari api neraka
فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ الْبَنَاتِ
بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّارِ
Rasulullah
shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Barang siapa diuji dalam pengasuhan
anak-anak perempuan, lalu ia dapat mengasuh mereka dengan baik, maka anak
perempuannya itu akan menjadi penghalangnya dari api neraka kelak.' (HR.
Muslim)
Namun
ada yang perlu diingat bahwa kedua orang tuanya akan dijauhkan api neraka
dengan syarat mengasuh anak dengan baik, salah satunya dengan mengajari menutup
aurat dengan baik. Adapun jika tidak diajari, maka orang tuanya juga akan dimintai pertanggungjawaban atas semua itu.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى
النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ
بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ
بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ
سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ
Dari Ibnu Umar radhiyallohu ‘anhu, dari Nabi
Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam, beliau telah bersabda, "Setiap
orang dari kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungan
jawab terhadap apa yang di pimpinnya. Seorang raja adalah pemimpin bagi
rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan ia akan dimintai
pertanggunganjawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin
bagi rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungan
jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin bagi
harta tuannya dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang
dipimpinnya. Ketahuilah bahwa setiap orang dari kalian adalah pemimpin dan
setiap kalian akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya."
(HR. Muslim)
Sejauh yang saya amati, sekarang ini kebanyakan
orang tua cenderung permisif dengan anaknya. Tingkah laku anak tidak begitu
diperhatikan terutama masalah agama. Ingatlah bahwa anak juga punya hak untuk
dididik dengan baik, dan sudah menjadi kewajiban untuk mendidiknya pula, jangan
menyia-nyiakan anak, sehingga mereka tidak tahu lagi tentang berpakaian yang
dibenarkan agama.
Ketiga, designer. Perkembangan sebuah trend mode dalam
berpakaian tak lepas dari tangan-tangan kreatif para designer, kemampuannya
dalam menciptakan sebuah model pakaian (baju dan jilbab) mampu memikat hati
para penggemarnya. Sayang kemampuan seorang designer dalam membuat sebuah rancangan (yang mereka
sebut busana muslimah) tidak diimbangi dengan pengetahuan agama tentang
pakaian yang sesuai dengan yang telah
digariskan agama.
Dalam sebuah acara di salah satu stasiun TV swasta, saya
pernah melihat salah satu designer ternama di Indonesia yang mengaku pernah
ditanya tentang kriteria jilbab atau pakaian syar’i oleh salah satu orang lewat
media sosial. Namun designer tersebut mengaku tidak menjawabnya dan
memblokirnya. Dari kasus tersebut kemungkinan designer tersebut tidak mengetahui
dan enggan menjawabnya. Jika memang tidak tahu, maka sudah selayaknya bertanya
kepada yang tahu. Karena setiap penyakit ada obatnya dan obat tidak tahu adalah bertanya.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْنَا
فِي سَفَرٍ فَأَصَابَ رَجُلًا مِنَّا حَجَرٌ فَشَجَّهُ فِي رَأْسِهِ ثُمَّ
احْتَلَمَ فَسَأَلَ أَصْحَابَهُ فَقَالَ هَلْ تَجِدُونَ لِي رُخْصَةً فِي
التَّيَمُّمِ فَقَالُوا مَا نَجِدُ لَكَ رُخْصَةً وَأَنْتَ تَقْدِرُ عَلَى
الْمَاءِ فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُخْبِرَ بِذَلِكَ فَقَالَ قَتَلُوهُ قَتَلَهُمْ اللَّهُ أَلَا
سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ إِنَّمَا
كَانَ يَكْفِيهِ أَنْ يَتَيَمَّمَ وَيَعْصِرَ أَوْ يَعْصِبَ شَكَّ مُوسَى عَلَى
جُرْحِهِ خِرْقَةً ثُمَّ يَمْسَحَ عَلَيْهَا وَيَغْسِلَ سَائِرَ جَسَدِهِ
Dari
Jabir radhiyallohu ‘anhu, dia berkata, "Kami pernah keluar dalam suatu
perjalanan, lalu seorang di antara kami kepalanya terkena batu, dan terluka
kemudian orang itu bermimpi (berjunub), maka dia bertanya kepada
sahabat-sahabatnya, "Apakah kalian mendapatkan keringanan bagiku untuk
bertayamum?" Mereka menjawab, "Kami tidak mendapatkan hukum
dispensasi bagimu, sedang kamu sanggup memakai air. " Lalu laki-laki itu
mandi, setelah itu dia mati. Ketika kami datang menghadap kepada Nabi shallallohu
‘alaihi wa sallam, dan dilaporkan kepada beliau tentang peristiwa tersebut,
maka beliau shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Mereka telah
membunuhnya, Allah membunuh mereka. Kenapa mereka tidak bertanya dahulu, kalau
mereka tidak mengetahui? Sungguh obat kebodohan itu hanya bertanya. Dia cukup
bertayamum, dan membalutkan kain atas lukanya itu, kemudian menyapu bagian atas
perbannya. Setelah itu, dia mencuci seluruh anggota badannya yang lain. "(HR.
Abu Daud, Hasan menurut Al-Albani, tidak termasuk kalimat "innama kaana
yakfihi.... ")
سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالَ أَصَابَ
رَجُلًا جُرْحٌ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ احْتَلَمَ فَأُمِرَ بِالِاغْتِسَالِ فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ فَبَلَغَ ذَلِكَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قَتَلُوهُ قَتَلَهُمْ
اللَّهُ أَلَمْ يَكُنْ شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالَ
Dari
Abdullah bin Abbas radhiyallohu ‘anhu, dia berkata, "Pernah ada seorang
laki-laki terluka pada masa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam, kemudian
dia bermimpi (keluar mani). Maka dia disuruh untuk mandi, lalu dia mandi dan
meninggal dunia. Kemudian peristiwa itu sampai kepada Rasulullah shallallohu
‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, "Mereka telah membunuhnya, Allah
membunuh mereka pula. Bukankah obat kebodohan itu adalah bertanya? " (HR.
Abu Daud, Hasan menurut Al-Albani)
Lihatlah betapa bahayanya ketidaktahuan tentang sesuatu.
Dalam hadis diatas Rasululloh menyebutkan bahwa kebodohan sebagai penyakit dan
obatnya adalah bertanya. Dengan demikian jika para designer tidak tahu tentang
kriteria pakaian dan jilbab yang syar’i maka harus bertanya terlebih dahulu
sebelum membuat sebuah rancangan.
Dengan begitu mereka tahu pakaian syar’I yang akan dibuat dan rancangan
tersebut tidak bertentangan atau
berseberangan dengan ketentuan yang telah diberlakukan dalam islam.
Keempat, para pendidik. Dalam beberapa peristiwa para pendidik
secara tidak sengaja juga menjadi pelopor
dalam semakin maraknya jilboobs. Misalnya saja dalam acara wisuda. Dalam wisuda,
baik siswa tingkat SMP/MTs maupun SMA/MA, sekarang ini para siswi diwajibkan
mengenakan kebaya dengan memakai jilbab gaul (jilbab yang dimasukkan kedalam
baju), yang mana pakaiannya tersebut juga memperlihatkan lekukan tubuhnya. Saya
juga tidak tahu bagaimana cara pengambilan kebijakannya tersebut, dengan
mengadakan wisuda dan mewajibkan siswanya memakai kebaya. Apakah kebijakan ini
memang sudah dikaji atau hanya mengikuti trend semata ?
Tak hanya disekolah formal, disalah satu pesantren, saya
juga melihat para ustadzah justru yang mengajari para santri cilik untuk
memakai jilbab dengan melilitkannya dileher ataupun memasukkannya kedalam baju.
Sehingga trend ini menjadi mengakar dalam diri anak-anak yang belum
tahu apa-apa tentang syarat-syarat jilbab syar’i.
Kelima, artis dan motivator. Di Indonesia banyak sekali artis
yang terjun sebagai motivator berhijab. Bermodalkan popularitas yang dimiliki
sebelumnya, sangatlah mudah untuk mendapatkan perhatian publik, tak perlu waktu
yang lama banyak muslimah yang mengikuti jejaknya dalam berhijab. Namun ada
beberapa motivator yang cara berhijabnya tidak atau belum memenuhi syarat
jilbab syar’i, dan akhirnya yang mengikutinya pun juga tidak jauh berbeda
dengan sang motivator.
Menjadi seorang motivator adalah sebuah tugas mulia
yang berat, karena seorang motivator
sama halnya seorang guru yang mengajarkan sesuatu. Jika mengajarkan kebaikan
maka dia akan mendapatkan pahala sebanyak orang-orang yang mengikutinya dan
jika melakukan keburukan maka dia juga akan mendapatkan dosa sebanyak
orang-orang mengikutinya.
فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ
سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ
بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ
سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ
بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ.
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda, "Barang siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam
Islam, lalu suri tauladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya,
maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka peroleh.
Sebaliknya, barang siapa memberikan suri tauladan yang buruk dalam Islam, lalu
suri tauladan tersebut diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi dosa yang mereka peroleh sedikitpun." (HR. Muslim)
Seorang motivator dalam berhijab harus mengetahui
kriteria berhijab yang benar dan sesuai dengan syariat, karena jika mereka
tidak mengetahuinya dan hanya memakai hijab saja tanpa mengetahui syarat-syaratnya,
maka akan berbahaya, disamping bagi dirinya juga berbahaya bagi orang lain.
Jika cara berhijabnya salah dan banyak yang mengikutinya maka dia akan
mendapatkan dosa sebanyak orang yang mengikutinya.
Keenam, media. Media, terutama televisi, merupakan salah satu
penyebar segala informasi baik yang berguna maupun yang tidak. Dalam televisi
sering kita jumpai beberapa pakaian yang dianggap pakaian muslimah ditampilkan,
dari situ beberapa remaja menirunya. Tayangan televisi ada beberapa yang tidak
sesuai dengan ajaran islam, sehingga ada yang mengganggapnya berbahaya,
misalnya saja Abdul Qadir Al-Talidi. Dalam bukunya Abdul Qodir al-Talidi
yang berjudul “Cewek Modis” disebutkan bahwa ''problem terberat yang
dihadapi oleh keluarga muslim adalah upaya-upaya alienasi buruk yang berusaha
untuk menghancurkan keluarga muslim dengan segala kekuatannya dan menjauhkannya
dari ajaran Islam yang lurus. Pemimpin
dari usaha-usaha tersebut mengerahkan segala upayanya melalui media-media
informasi yang berbeda-beda, baik media cetak maupun elektronika, khususnya
televisi. Karena televisi adalah media yang paling berpengaruh bagi individu
dan menguasai akal. Ia adalah tamu agung yang singgah di rumah kita tanpa minta
izin. Padahal merupakan sebuah keniscayaan bahwa saat ini, sebagian besar
informasi dalam berbagai bentuknya di banyak negara Islam dan Arab tidaklah
diridhoi Allah dan tidak memuaskan hati, karena materi-materi yang
disiarkannya, seperti berbagai kerusakan dan kemesuman, program yang tak kenal
rasa malu, nyanyian-nyanyian jelek, drama-drama cengeng, film penuh kekerasan,
provokasi asing, penampilan busana minim, dan acara-acara lain atas nama
pembebasan atau di bawah panji kepalsuan, seperti mode dan perkembangan baru.
Itulah banyak hal yang dihembuskan ke dunia kita oleh “angin barat” yang
beracun. Sesuai dengan rencana penghancuran sistematis untuk memecah-belah
keluarga muslim dan menjauhkan mereka dari nilai moral dan tradisi Islam murni
yang berusaha memelihara kehormatan, kemuliaan, dan keutamaan. Maka, keluarga
muslim saat ini harus menghadapi perang pemikiran dan malapetaka westernisasi
melalui berbagai media informasi yang memainkan peran yang hakiki bagi Islam
dan kaum Muslimin. Semua itu merupakan konspirasi terang-terangan maupun
tersembunyi sekaligus bagian penting dari tujuan-tujuan dan rencana protokoler
pemerintah zionis yang mengarah pada penghancuran keluarga, penyebaran
perbuatan zina dan rendah, usaha mengguncang nilai-nilai abadi bagi keluarga
dan masyarakat serta penciptaan beragam bentuk karakter baru, seperti
libertisme (paham serba boleh), kekacauan, dan kebebasan yang tidak diridhoi
oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.[1]
Faktor-faktor diatas hanya yang saya ketahui,
mungkin ada beberapa faktor yang luput dari perhatian. Yang jelas kita harus
segera berbenah diri, begitu juga dengan para pecinta jilboobs, jika memang
sudah tahu salah alangkah baiknya jika segera kembali ke jalan yang benar.
Alloh akan sangat senang terhadap hamba-Nya
yang mau kembali ke jalan-Nya yang lurus, kita tidak mungkin selalu
dalam kebenaran karena manusia tempatnya salah, dan lebih salah lagi jika kita
enggan kembali ke jalan dan ajaram yang benar.
References
http://asysyariah.com/pakaian-wanita-dalam-shalat/
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/jilbabku-penutup-auratku.htm
Majalah Al-Furqon Edisi 12 Tahun III
Majalah Al-Furqon Edisi 10 Tahun ke-13 2014
Ibrahim Muhammad Al-Jamal. 1999. Fiqih
Muslimah. Jakarta : Pustaka Amani
M. Ilham Maqzuq. 2005. Remaja Islam Berbaju
Yahudi. Bandung : Mujahid Press
M. Quraish Shihab. 2004. Jilbab, Pakaian
Wanita Muslimah : Pandangan Ulama Masa Lalu & Cendekiawan Kontemporer.
Jakarta : Lentera Hati
Abi Muhammad Asyraf Bin Abdul Maqshud. 2008. Fatwa
Perhiasan Wanita. Jakarta : Embun Publishing
Abdul Qadir Al-Talidi. 2004. Cewek Modis : Menebar
Gaya Menuai Prahara. Yogyakarta : Diva Press
http://rumahcermin.blogdetik.com/files/2011/11/guci-sakira.jpg
[1] Abdul Dadir Al-Talidi. 2004. Cewek Modis : Menabur
Gaya Menuai Prahara. Yogyakarta : Diva Press. Hal.85-86
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.