
Telah mengabarkan kepada kami Abdul
Malik bin Sulaiman Abu Abdur Rahman Al `Anthaki dari 'Abbad bin 'Abbad
Al Khawwash As Syami Abu 'Utbah ia berkata: "Perhatian, gunakanlah
akal, karena akal sebuah nikmat. Berapa banyak orang berakal menyibukkan
hatinya untuk memperdalam hal-hal yang membahayakan dirinya daripada
memanfaatkan apa yang dibutuhkannya, sehingga ia lupa hal itu. Diantara
keutamaan akal seseorang adalah meninggalkan perhatian terhadap hal-hal yang
tidak perlu sehingga keutamaan akalnya tidak menjadi bencana baginya, yaitu ia
meninggalkan persaingan dengan orang yang lebih rendah amal shalihnya, atau
seseorang yang menyibukkan hatinya dengan bid'ah, yang ia sekedar mengikuti
orang dalam urusan agamanya tanpa mengikuti para sahabat Rasulullah shalallahu
'alahi wa sallam, atau ia hanya merasa cukup dengan pendapatnya sendiri, yang
ia tidak melihat petunjuk kecuali kepada akalnya, dan tidak melihat kesesatan
kecuali meninggalkannya dengan anggapan bahwa ia mengambilnya dari Al qur`an,
padahal ia menyerukan untuk meninggalkan Al qur`an. Bukankah Al qur`an
mempunyai pengemban-pengemban sebelumnya, yaitu para pembelanya yang
mengamalkan ayat-ayat yang muhkam dan mengimani ayat-ayat yang mutasyabih?
Mereka berada di menara layaknya cahaya jalan, Al Quran imam Rasulullah
shalallahu'alahi wa sallam, sedang Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam imam
para sahabatnya, dan para sahabat adalah imam orang-orang setelah mereka, yaitu
orang-orang yang sudah dikenal kebaikannya, mereka menjadi barometer di
negeri-negeri mereka yang sepakat menolak para pengagung hawa nafsu walaupun
diantara mereka terdapat perselisihan pendapat. Para pengagum hawa nafsu
meraba-raba dengan pendapat mereka, yaitu dengan cara yang bermacam-macam, yang
melenceng dari tujuan karena memisahkan diri dari jalan yang lurus. Petunjuk mereka
menyesatkan mereka sendiri dalam misteri padang pasir yang menyesatkan. Mereka
konsentrasi melihat petunjuk jalan dengan penuh kebingungan dalam kesesatannya.
Setiap kali setan membuat satu bid'ah dalam kesesatan, mereka berpindah dari
satu bid'ah ke bid'ah lain, karena mereka tidak mencari petunjuk para pendahulu
dan juga tidak mengikuti jejak kaum muhajirin. Telah disebutkan dalam satu
riwayat dari Umar radliallahu 'anhu bahwa ia berkata kepada Ziad: 'Tahukah kamu
apa yang (menyebabkan) kehancuran Islam? ', Jawabnya karena kesalahan orang
berilmu, perdebatan orang munafik terhadap Al Qur`an dan para imam yang sesat'.
Takutlah kamu kepada Allah subhanallahu wa ta'ala, dan waspadailah apa yang
terjadi pada ulama kamu dan pengisi masjid-masjid kamu dari perbuatan ghibah,
namimah dan berjalan diantara manusia dengan dua wajah dan dua lisan. Dalam
satu riwayat disebutkan barangsiapa mempunyai dua wajah di dunia, ia mempunyai
dua wajah di neraka. Jika tukang ghibah menemuimu, ia menggunjing orang yang
kamu senangi untuk di gunjing, lalu ia berpaling darimu untuk mendatangi
temanmu dan melakukan hal yang sama. Jika ia telah memperoleh apa yang ia
butuhkan dari setiap kalian, dan menyembunyikan sesuatu dari salah satu (dari)
kalian, ia tidak memberi kabar kepada sahabatmu yang lain. Kedatangannya kepada
orang yang didatanginya adalah seperti datangnya seorang teman, namun
kepergiannya dari teman yang ditinggalkan bagaikan kepergian dari seorang
musuh. Siapa saja yang menemuinya, ia dapatkan kemuliaan, sebaliknya siapa yang
tidak ditemuinya, tidak ia dapatkan kehormatan, ia menipu orang yang
didatanginya dengan penghargaan-penghargaan, dan menggunjing orang yang tidak
ditemuinya dengan ghibah mematikan. Wahai hamba-hamba Allah subhanallahu wa
ta'ala, tidakkah suatu kaum muncul penunjuk jalan dan reformis, yang ia sanggup
mengekang orang seperti ini dari tipu dayanya, dan mengajaknya untuk
mempertahankan kehormatan saudaranya semuslim?, bahkan kalau bisa memberitahu
mereka niyat orang seperti ini saat datang menemui mereka, yang ia bertindak
sekedar ingin memperoleh keperluannya sehingga mereka mempersilahkan, yang
ujungnya ia mencaplok agamanya sekaligus agama mereka? Ya Allah, Ya Allah!
Pertahankanlah kehormatan kamu, hentikanlah lisanmu (dari menggunjing) mereka kecuali
kebaikan semata. Tolong kalian saling mengingatkan untuk berbakti kepada Allah
khususnya terhadap umatmu, karena kamu adalah pengemban Al Kitab (Al Qur`an)
dan sunah,. Al Kitab tidak berbicara hingga ia dibicarakan, dan sunnah tidak
sanggup mengejawantahkan hingga ia diejawantahkan. Bilamana orang bodoh
belajar, namun orang alim diam tidak memungkiri apa yang nampak dan tidak
memerintahkan apa yang ditinggalkan', bukankah Allah subhanallahu wa ta'ala
telah mengambil perjanjian dari orang-orang yang diberikan Al Kitab kepada
mereka untuk menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya?.
Bertakwalah kepada Allah subhanallahu wa ta'ala, karena kamu berada pada zaman
menipisnya sifat wara' dan kurangnya kekhusyu'an, dan para pengemban ilmu adalah
para perusaknya. Mereka begitu marah jika dikenal sebagai orang-orang yang
menghilangkannya, mereka membicarakannya dengan hawa nafsu ketika
mengikutsertakan kesalahan dalam ilmu, dan memutarbalikkan perkataan dari
kebenaran yang mereka tinggalkan, lantas mereka belokkan menuju kebatilan yang
mereka kerjakan. Dosa mereka adalah dosa yang tidak diampuni dan kelalaian
mereka adalah kelalaian yang tidak bisa dibenarkan, bagaimana orang yang
mencari petunjuk dan tuntunan mendapatkan petunjuk apabila petunjuknya sendiri
membingungkan, mereka cinta dunia dan benci terhadap kebahagiaan penduduknya
yang memperoleh kedudukan tinggi, lantas mereka menyertai dalam kehidupan dan
menyelisihi mereka dengan perkataan, dan mempertahankan diri mereka dengan
perkataan, agar mereka dihubung-hubungkan dengan kebaikan mereka. Mereka sama
sekali tidak bersih dari kotoran yang mereka hilangkan, dan belum memenuhi
kriteria untuk dihargai amal mereka, sebab orang yang benar-benar beramal
shalih secara tidak langsung ia ia telah bicara sekalipun dia diam. Dan telah
diberitakan bahwa Allah Ta'ala berfirman; Aku tidak menerima semua semua
perkataan orang bijak, akan tetapi Aku melihat kepada kecenderungan dan niyat
baiknya untuk-Ku. Sebab siapa yang hasrat dan niyatnya untuk-Ku, Aku jadikan
diamnya terpuji dan berwibawa, walaupun ia tidak berbicara. Allah subhanallahu
wa ta'ala berfirman: "MATSALULLADZINA HUMMILUT TAURATA TSUMMA LAM
YAHMILUUHA KAMATSALIL HIMARI YAHMILUL ASFARA" (Perumpamaan orang-orang
yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya (tidak
mengerjakannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal)
-Qs. Al Jumu'ah: 5-, Allah subhanallahu wa ta'ala juga berfirman: "KHUDZU
MAA ATAINAAKUM BI QUWWAH" (Peganglah teguh-teguh apa yang telah kami
berikan kepadamu) -Qs. Al Baqarah: 63, 93, 171-, ia berkata: 'Maksudnya
mengerjakan isi yang terkandung padanya, dan tidak mencukupkan sunnah hanya
dengan ucapan tanpa pengalaman. Karena pensifatan sunnah dengan perkataan tanpa
perbuatan adalah dusta dengan perkataan, yang sekaligus menghilangkan ilmu. Dan
janganlah kamu mencela bid`ah sekedar untuk bungkus keindahanmu dengan
meneropong aib-aibnya, karena kerusakan penganut bid`ah tidak menambah
kesalehanmu, dan janganlah kamu mencelanya karena dorongan diskriminatif
terhadap penganutnya, karena diskriminasi adalah kerusakan dirimu sendiri,
sebab tidak selayaknya dokter mengobati pasien dengan obat yang berpotensi
menyembuhkan penyakit namun obat itu juga berpotensi mendatangkan penyakit
baru. Karena apabila dokter itu sakit, ia sibuk dengan penyakitnya dan lupa
mengobati mereka. Akan tetapi selayaknya ia mencari kesehatan untuk dirinya
agar ia dapat mengobati para pasien. Hendaklah saat engkau melihat masalah yang
menimpa saudara-saudaramu dan hatimu "kurang sreg", sebagaimana
engkau melihat jika terjadi pada dirimu sendiri dan sebagai
"peringatan" Tuhanmu terhadapmu, serta rasa kasihanmu kepada
saudara-saudara kamu. Walaupun dalam hal itu lebih baik kamu lebih peduli
terhadap aib diri kamu sendiri dari pada aib orang lain, dan lakukan saling
menasehati satu sama lain diantara kamu, dan hendaklah yang mengorbankan
nasehat itu merasa beruntung dan kamu menerimanya. Umar bin Al Khatthab
radliallahu 'anhu berkata: 'Semoga Allah subhanallahu wa ta'ala melimpahkan
rahmat kepada orang yang menunjukkan aib-aibku kepadaku'. Kamu suka berkata dan
orang yang mendengarmu menahan diri demi kebaikanmu, padahal jika dikatakan
kepada kamu perkataan yang sama seperti yang kamu katakan, kamu jengkel. Kamu
mendapatkan hal-hal yang menjengkelkanmu, sebaliknya kamu mengerjakan apa yang
mereka kerjakan, apakah kamu tidak suka dipersalahkan? ', Pikir ulanglah
pendapatmu dan pendapat orang-orang yang sezaman denganmu, Selidikilah dahulu
sebuah berita sebelum kalian berbicara dan belajarlah sebelum kalian beramal.
Karena nanti akan datang suatu zaman yang saat itu yang benar bercampur dengan
yang batil, dan yang ma'ruf (baik) menjadi mungkar dan yang mungkar menjadi
ma'ruf. Betapa banyak orang yang mendekatkan diri kepada Allah subhanallahu w
ta'ala namun dengan hal-hal yang justru menjauhkan dariNya, dan mencari
cintaNya dengan hal-hal yang membuatNya murka. Allah subhanallahu wa ta'ala
berfirman: "AFAMAN ZUYYINA LAHU SUU`U 'MALIHI FA RA`AHU HASANA" (Maka
apabila orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk
lalu ia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu
syaitan)? -Qs. Al Fathir: 8-, hendaklah kamu berhenti dari hal-hal yang syubhat
sehingga nampak bagi kamu kebenaran yang jelas disertai keterangan, karena
orang yang mengintervensi perkara yang ia tidak tahu tanpa ilmu, ia berdosa,
dan barangsiapa yang menyelidiki dengan niat ikhlash karena Allah, Allah
subhanallahu wa ta'ala akan melihatnya. Hendaklah kamu berpegang teguh dengan
Al Qur`an, jadikanlah ia imam dan ajaklah (manusia) untuk menjadikan Al Qur`an
sebagai imam. Hendaknya kamu mencari jejak-jejak para pendahulu padanya.
Seandainya para ahbar (pendeta yahudi) dan para rahib (pendeta Nashrani) tidak
takut kehilangan martabat mereka dan kerusakan kedudukannya dengan menegakkan
Al Kitab dan penjelasannya, niscaya mereka tidak akan menyelewengkan dan
menyembunyikannya, akan tetapi mereka ketika menentang Al Kitab dengan
perbuatan mereka, mereka berusaha mencari cara menipu kaumnya karena perbuatan
yang mereka lakukan sendiri, karena mereka khawatir kedudukan mereka
dirobohkan, dan manusia memperoleh kejelasan kerusakan mereka, lalu mereka
selewengkan Al Kitab dengan tafsir menyeleweng, dan apa yang mereka tidak bisa
selewengkan, mereka sembunyikan, lalu mereka diam terhadap perbuatan mereka
sendiri karena dorongan untuk mempertahankan kedudukan mereka, dan diam
terhadap apa yang diperbuat oleh kaumnya sambil berpura-pura. Sedang Allah
subhanallahu wa ta'ala telah mengambil perjanjian dengan orang-orang yang di
berikan Al Kitab agar mereka menjelaskannya kepada manusia dan tidak
menyembunyikannya, akan tetapi mereka justru cenderung kepadanya dan mengajak
manusia menganggap enteng masalah itu.
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.