قِيلَ لَهُ لَقَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ
شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ قَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ وَأَنْ لَا
نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ وَأَنْ لَا يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ مِنْ
ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ عَظْمٍ
Dari Salman
radhiyallohu ‘anhu, dia berkata, "Pernah ditanyakan kepadanya oleh
orang-orang musyrik, sesungguhnya Nabi kamu telah mengajarkan kepadamu tentang
segala sesuatu, sampai adab buang air? Kata Salman, "Ya, sungguh Nabi kami
shallallohu ‘alaihi wa sallam benar-benar melarang kami menghadap kiblat ketika
buang air besar atau kecil, dan melarang kami agar tidak beristinja' dengan
memakai tangan kanan, dan melarang pula agar seseorang di antara kami tidak
bersuci kurang dari tiga batu atau bersuci dengan kotoran binatang atau tulang.
" {Shahih, menurut Nashiruddin Al-Albani }
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ أُعَلِّمُكُمْ فَإِذَا
أَتَى أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلَا يَسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ وَلَا يَسْتَدْبِرْهَا
وَلَا يَسْتَطِبْ بِيَمِينِهِ وَكَانَ يَأْمُرُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ وَيَنْهَى
عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ
Dari Abu
Hurairah, dia berkata bahwa Rasululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya aku ini bagi kalian adalah seperti seorang Bapak, aku
mengajar kalian, apabila seseorang di antara kamu pergi buang hajat besar, maka
janganlah ia menghadap kiblat dan membelakanginya serta bersuci dengan tangan
kanannya. Dan beliau memerintahkan supaya bersuci dengan tiga batu, dan
melarang memakai kotoran binatang dan tulang yang rapuh. {Hasan, menurut Nashiruddin Al-Albani }
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رِوَايَةً قَالَ إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا
تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ وَلَا بَوْلٍ وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ
غَرِّبُوا فَقَدِمْنَا
الشَّامَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ قَدْ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ فَكُنَّا
نَنْحَرِفُ عَنْهَا وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
Dalam suatu
riwayat dari Abu Ayyub, beliau bersabda, "Apabila kamu pergi buang hajat,
janganlah menghadap ke kiblat, baik ketika buang hajat besar atau kecil akan
tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat setelah kamu tiba di Syam, kami
mendapatkan kakus-kakus di sana dibangun menghadap kiblat maka kami berpaling
dari arah kiblat dan memohon ampun kepada Allah. " {Shahih, menurut Nashiruddin Al-Albani }
عَنْ مَرْوَانَ الْأَصْفَرِ قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ أَنَاخَ رَاحِلَتَهُ
مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ثُمَّ جَلَسَ يَبُولُ إِلَيْهَا فَقُلْتُ يَا أَبَا
عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَلَيْسَ قَدْ نُهِيَ عَنْ هَذَا قَالَ بَلَى إِنَّمَا نُهِيَ
عَنْ ذَلِكَ فِي الْفَضَاءِ فَإِذَا كَانَ بَيْنَكَ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ شَيْءٌ
يَسْتُرُكَ فَلَا بَأْسَ
Dari Marwan Al
Ashfar, dia berkata, "Aku pernah melihat Ibnu Umar menderumkan unta
kendaraannya menghadap ke kiblat, kemudian dia duduk buang airkecil (menghadap)
kepadanya. " Lalu aku berkata, "Wahai Abu Abdurrahman! Bukankah telah
dilarang cara seperti ini? Ibnu Umar menjawab, "Ya", benar. Hanya
yang dilarang itu, kalau di tempat terbuka. Apabila antara kamu dengan kiblat
ada sesuatu yang menutupimu, maka tidak mengapa. {Hasan, menurut Nashiruddin Al-Albani }
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.