Sudah menjadi tugas bagi seorang suami
untuk bekerja dan menafkahi keluarganya. Berangkat pagi pulang malam hanya
untuk memberikan nafkah yang berkah. Badan menjadi lelah tidak masalah, asalkan
senyum dari istri tetap merekah. Namun sayangnya sekarang ini banyak istri yang
tidak dapat menghargai nafkah yang telah diberikan oleh suami.
Kekayaan Hanyalah Ujian
Harta yang diberikan oleh Alloh kepada
manusia hanyalah sebuah ujian semata. Apakah mereka dapat memanfaatkan harta
tersebut untuk kebaikan ataukah digunakan hanya untuk bersenang-senang untuk
memenuhi hawa nafsunya. Alloh ta’ala berfirman
إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya “Sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar”.
(Q.S Ath-Taghabun/64 : 15)
Ada orang yang memanfaatkan hartanya
untuk mendapatkan ridho Alloh dan ada juga yang menghabiskan hartanya untuk
keperluan syahwat semata. Beruntunglah orang-orang yang dapat memanfaatkan
hartanya untuk kebaikan dan celakalah orang-orang yang dholim terhadap
hartanya.
Rezeki Urusan Ilahi
Setiap manusia pasti mendambakan
keluarga yang bahagia, memiliki harta yang berlimpah dan tidak kekurangan
apapun. Namun banyak manusia yang tidak dapat berpikir dengan jernih, saat
menjadi orang kaya sangat bahagia dan ketika miskin sedihnya minta ampun.
Padahal jika kita mau introspeksi diri, rezeki adalah urusan ilahi.
قُلْ
إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا
أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Artinya “Katakanlah, “Sungguh,
Tuhan-ku melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki
di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan enggantinya
dan Dia-lah Pemberi rezeki yang terbaik”. (Q.S Saba’/34 : 39)
Kadang seorang suami telah bersusah
payah untuk mencari nafkah, mereka berangkat pagi pulang malam demi keluarga
tercinta. Kendati telah bersusah payah, harta yang didapat tidak berlimpah,
jangankan sisa, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih kurang. Hal ini
lebih menyakitkan lagi jika istri tidak dapat menghargai nafkah yang telah
diberikan oleh suami dan justru mencaci karena tidak dapat mencukupi
kebutuhannya.
Jangan Kufuri Nafkah Suami
Banyak sekali wanita yang tidak dapat
mensyukuri nafkah yang telah diberikan oleh suami hanya karena mereka berasal
dari keluarga yang lebih kaya dan memiliki penghasilan yang lebih pada
suaminya. Lantas karena faktor ini, mereka menganggap suaminya tidak pernah
memberinya apa-apa. Perilaku seperti ini merupakan salah satu kufur terhadap
suami. Dari Abdullah bin Abbas bahwa Rasululloh
shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya aku melihat surga
-atau- surga telah diperlihatkan padaku, lalu aku pun hendak mengambil
seranting darinya, sekiranya kau dapat mengambilnya niscaya kalian akan
memakannya selama dunia masih ada. Kemudian aku melihat neraka, maka aku tidak
pernah melihat pemandangan seperti yang terjadi pada hari ini. Aku melihat
kebanyakan penghuninya adalah wanita." Mereka bertanya lagi, "Kenapa
wahai Rasulullah." Beliau menjawab: "Karena kekufuran mereka."
Para sahabat bertanya lagi, "Apakah lantaran kekafiran mereka kepada
Allah?" beliau menjawab: "Mereka mengkufuri perlakuan dan kebaikan
suaminya. Sekiranya kamu berbuat baik kepada salah seorang dari mereka selama
setahun penuh, lalu ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu, ia pun akan
berkata, 'Aku tidak melihat kebaikan sedikit pun darimu.'" (HR. Bukhari)
Seorang istri harus berusaha untuk
menghargai dan mensyukuri nafkah yang telah diberikan oleh suami, baik banyak
maupun sedikit. Jangan menyakiti hatinya karena tidak mampu memberikan nafkah
yang berlimpah. Ingatlah !!! Masalah rezeki adalah rahasia ilahi, begitu pula
masalah sedikit banyaknya, tugas suami hanya memberi nafkah yang halal, adapun
masalah sedikit banyak adalah urusan Alloh.
Referensi :
Salim, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid, 2014. Fiqus Sunnah Lin Nisa’, Terjemahan :
Ahmad Dzulfikar, Edisi Pertama. Solo : Pustaka Arafah
Kan’an, Muhammad Ahmad, 2007. Mabadi Al-Mu’asyarah Az-Zaujiyah, Terjemahan
: Ali Muhdi Amnur, Edisi Kedua. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Hamid, Muhammad Abdul, 2004. Makanah Al-Mar’ah Fi Al-Islam, Terjemahan : Pahruroji &
Syarwani, Edisi Pertama. Yogyakarta : Diva Press
Basyir, Abu Umar, 2005. Gelas-Gelas Kaca : Panduan Praktis Agar Rumah Tangga Tetap Harmonis.
Solo : Nikah Media Sarana.
An-Nuaimi, Thariq Kamal, 2007. Saikulujiyyah Ar-Rajul Wa Al-Mar’ah Ahdatsu Diratsah Ilmiyyah Haula
Al-Musykilah Az-Zaujiyyah : Asbabuhaa Wa Thuruq ‘Ilajiha, Terjemahan : Muh.
Muhaimin, Edisi Kelima. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Al-Albani, M. Nashiruddin, 2005. Mukhtashar Shahih Muslim, Terjemahan : Elly
Lathifah, Edisi Pertama. Jakarta : Gema Insani Press
Al-Bakhistani, Aziz, 2006. Kado Suami Isteri
Sholeh. Jakarta : Pustaka Hikmah Perdana.
Adhim, Mohammad Fauzil, 2007. Kado
Pernikahan Untuk Istriku. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Majalah Qonitah Edisi 12 / Vol. 01 /
1435 H – 2014 M
http://beststockpictures.toinspire.in/plog-content/images/widescreen-wallpapers/3d-pictures/3d-pictures-ingredients-cup-of-love.jpg
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.