
Sebuah
Kisah
Kisah berikut ini mungkin jadi pelajaran bagi kita semua,
sebut saja Umar. Umar merupakan lelaki yang mungkin mempunyai kharisma bagi
wanita, namun walaupun begitu Umar tidak menebar pesona kepada wanita. Dia
selalu bersikap biasa saja. Sejak dulu Umar selalu berusaha menjaga hatinya
dengan menjauhi wanita. Sewaktu tingal di asrama dia berusaha untuk menjaga
hatinya, dia melarang teman-temannya memberikan nomor HPnya kepada orang lain
tanpa seizinnya. Dan bahkan ketika ada beberapa wanita yang berkunjung ke
asramanya, dia justru keluar dan pulang malam, walhasil yang menyambut adalah
teman-temannya. Ada beberapa wanita yang nekat datang ke asrama pada hari minggu
dengan membawa makanan untuknya karena pada malam sabtu dan hari minggu hari
Umar saja yang tidak pulang. Kendati demikian, dia selalu berusaha menjaga
dirinya.
Sudah belasan wanita yang mendekatinya, (sebagian sudah
mengungkapkan perasaannya) namun dia hanya menganggapnya sebatas teman semata. Tahun
demi tahun telah terlewati dan dia dapat menjaga dirinya dari wanita. Suatu
ketika semua pondasi yang telah dia bangun dengan kokoh hancur luluh lantah.
Semua yang telah dibangunnya hancur karena adanya kecurigaan istrinya. Beberapa
kali dia dicurigai berselingkuh oleh istrinya. Pertama kali dicurigai dia
berusaha untuk menjelaskan semuanya dengan baik, namun justru berujung
kecurigaan lagi. Si wanita berkata “Kalau tidak ada apa-apa, kenapa dia
memanggil kamu mas, kenapa nggak mas Umar ?” dengan nada keras dan marah.
Wanita yang ada dalam SMS adalah teman semata yang ketika itu bertanya masalah
agama, dan dia berusaha untuk menjawab dengan sebisa mungkin. Sebenarnya
kalimat ini tidak pantas diucapkan karena panggilan mas adalah panggilan yang
sudah umum, apalagi dalam SMS, kita semua sudah biasa memanggil dengan “mas”
(bahkan untuk orang yang belum kenal) tanpa diberi embel-embel namanya.
Kecurigaan yang kedua justru lebih parah, si wanita sampai
membuka FBnya tanpa izin sebagai bentuk kecurigaannya dan setelah tidak
terbukti si wanita justru berkata, “Siapa yang menuduh ? kan ku pikir kamu
punya hubungan dengan dia. Ku pikir, ku pikir”. Setiap lelaki yang
dicurigai demikian pasti akan marah, apalagi justru dirinya yang disalahkan dan
si wanita tidak memiliki bukti-bukti. Kasus seperti ini terjadi sampai terus
berulang kali dan kecurigaan demi kecurigaan terus saja menyelimuti hati
istrinya.
Wanita-wanita yang telah memberikan perhatiannya,
mengunjunginya dikala tinggal di asrama adalah wanita-wanita yang cantik, dan
bahkan lebih cantik dan lebih muda dari pada istrinya. Namun karena begitu
cintanya kepada istrinya dia menjaga dirinya dengan tidak memberikan respon
terhadap wanita tersebtut
Prasangka seperti ini tidak selayaknya ada dalam hati
wanita karena akan menghancurkan lelaki manapun, terlebih jika lelaki tersebut
telah berusaha menjaga dirinya dan perasaan suaminya. Hal ini justru akan
merusak pondasi kejujuran yang telah dibangun suaminya sekian tahun lamanya.
Jangan
Suka Berprasangka
Dalam berumah tangga, munculnya prasangka kadang kala tidak
dapat dihindari, baik dari lelaki maupun dari perempuan. Jika kita tidak dapat
mengatasinya dengan baik, lama-kelamaan hal seperti ini akan memicu prahara
dalam berumah tangga. Jika demikian halnya kebahagiaan dapat hilang dan
berakhir dengan perpisahan.
Prasangka harus sebaik mungkin ditepis dalam pikiran kita,
jangan sampai prasangka yang tidak berdasar dan ttidak memiliki bukti
menghinggapi hati kita. Ingatlah bahwa prasangka adalah seburuk-buruk ucapan. Dari
Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rasululloh shallallohu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda,
إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا
تَجَسَّسُوا
"Jauhilah
berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Dan
janganlah kalian saling memata-matai sesama kalian . . . (HR.
Muslim)
Az-Zujjaj rahimalloh berkata, menjelaskan tentang buruk
sangka yang terlarang “Berprasangka buruk kepada orang yang baik. Adapun
orang-orang yang buruk dan jahat, maka kita boleh berprasangka terhadap mereka
sebagaimana yang nampak dari mereka”.
Sedangkan Imam al-Qurtubi mengatakan dari perkataaan
mayoritas ulama bahwa persangkaan buruk terhadap orang yang lahiriyahnya baik
tidak dibolehkan, namun tidak mengapa berprasangka buruk terhadap orang yang
lahiriyahnya buruk.
Jauhilah
Prasangka
Semua orang pasti pernah terlintas dalam hatinya sebuah
prasangka buruk terhadap pasangannya, seperti sebuah kasus yang telah
disebutkan diatas. Jika demikian halnya bersegeralah untuk menepis semuanya
dengan melihat sisi kebaikannya. Seseorang dapat dilihat baik buruknya dari
masa lalunya, jika kita curiga pasangan kita telah bermain dengan wanita lain,
bersegeralah meengingat segala kebaikan dan kejujurannya agar hati kita tetap
lurus. Siapa tahu kecurigaan kita tidak terbukti seperti yang terjadi diatas,
dikala si wanita curiga membabi buta, ternyata pasangannya telah menjauhi
belasan wanita yang mencoba mendekatinya. Dan mereka semua lebih cantik, lebih
muda dan lebih pandai dari pada istrinya, jika anda memiliki suami yang seperti
ini anda tentu akan bahagia. Lain halnya dengan wanita yang penuh rasa curiga.
Mereka akan mengeluarkan seribu alasan untuk membenarkan prasangkanya.
Ingatlah kasus diatas adalah kasus yang harus kita jauhi,
dikala sang suami membangun pondasi rumah tangga dengan sangat kokoh dan
hati-hati, namun justru tidak dirawat dan dihancurkan oleh istrinya sendiri.
Lebih mudah membangun sebuah bangunan yang baru dari pada menata lagi bangunan
yang telah roboh berulang kali.
Referensi
:
Majalah Nikah Sakinah Volume 11, No. 06
Adhim,
Mohammad Fauzil, 2007. Kado Pernikahan Untuk Istriku.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Al-Albani, M. Nashiruddin, 2005. Mukhtashar Shahih Muslim, Terjemahan : Elly
Lathifah, Edisi Pertama. Jakarta : Gema Insani Press
Al-Asyqar, Umar Sulaiman, 2005. Maqashidul
Mukallafi (1) : An-Niyyat Fil Ibadaat, Terjemahan : Faisal Shaleh, Edisi Pertama. Jakarta : Gema Insani Press
Al-Bakhistani,
Aziz, 2006. Kado
Suami Isteri Sholeh. Jakarta : Pustaka Hikmah Perdana.
Al-Jamal,
Ibrahim Muhammad, 1999. Fiqhul
Mar’atil Muslimah,
Terjemahan : Zaid
Husein Al-Hamid, Edisi Ketiga. Jakarta
: Pustaka Usmani
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, 2006. Raudhah
Al-Muhibbin Wa Nuzhah Al-Musytaqyn, Terjemahan : Kathur Suhardi, Edisi Ketiga Belas. Jakarta : Darul Falah
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, 2008. Al-Fawaaid, Terjemahan : Achmad Sunarto, Edisi Pertama. Semarang : Pustaka Nuun
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsnMdQ87ntjzDRMLm6nv-SdhDTAFiUiAqntUGBzzV7nzEMmf2QbaqruIggh5tccKHQgQ0RANglJp02QEDkeIWWScYKLwdtPAyYGcNzGSt7IAt_DDK7L4s7FCnfMNvbypC1rNNKYZJempA/s1600/gelas_pecah_.jpg
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.