
Arti Lafadz Amin
Ketika sholat berjamaah, terutama jamaah sholat tarawih, kita sering mendengar lafadz amin yang agak berbeda dari biasanya, yaitu “amin” dengan lafadz pendek semua. Dan cara pengucapannya pun dengan suara keras. Banyak saudara kita yang tidak tahu bahwa lafadz yang mereka ucapkan salah. Berdasarkan panjang pendeknya, lafadz amin ada 4 macam, antara lain.
Pertama,أَمِيْنٌ (a : pendek, min : panjang), artinya “orang yang amanah atau terpercaya”.
Kedua,أٰمِنْ (a : panjang, min : pendek), artinya “berimanlah” atau “berilah jaminan keamanan”.
Ketiga, آمِّيْنَ (a : panjang 5 harakat, mim : bertasydid, dan min : panjang), artinya “orang yang bermaksud menuju suatu tempat”
Keempat, أٰمِيْنَ ( a : panjang 2 harakat karena mengikuti mad badal, min : panjang 4–6 harakat karena mengikuti mad ‘aridh lis sukun, dan nun dibaca mati), artinya “kabulkanlah”. Lafadz yang seperti inilah yang merupakan bacaan “Amin” yang benar.
Jika yang dibaca adalah lafadz amin yang pertama, kedua atau ketiga, maka hal tersebut salah karena dari segi arti sangat berbeda jauh maknanya. Jangan selalu beralasan “yang pentingnya niat dan maksudnya” jika diingatkan tentang kesalahannya. Jika sudah tahu salah sebaiknya segera memperbaiki diri dan bacaannya, bukan mecari-cari pembelaan diri. Bahasa arab, salah panjang pendeknya, maka salah pula artinya. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan panjang pendeknya sebuah bacaan, terutama ketika berdoa dan sholat.
Larangan Berdoa Dengan Keras
Ada sebagian imam sholat tarawih atau orang yang lebih tua yang sebelum sholat memerintahkan untuk anak-anak untuk membaca lafadz amin dengan suara yang keras. Dan kalau bisa bacaan “Amin” yang mereka lafalkan lebih keras dan lebih ramai dengan masjid atau mushola sebelah. Ini adalah perbuatan yang salah. Dalam berdoa kita diperintahkan untuk merendahkan suara dan juga memelas dalam meminta. Alloh berfirman :
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (٥٥ (وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (٥٦)
Artinya : Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah ( Alloh) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Alloh Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al-A’raf/7 : 55-56)
Dari Abu Musa Al Asy'ari dia berkata; "Nabi shallallohu 'alaihi wasallam pernah lewat di suatu bukit atau berkata; di suatu lembah, tatkala (kondisi jalan) agak naik, salah seorang berseru sambil mengangkat suaranya; "Laa illaha illalloh Allohu Akbar (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh, Alloh Maha Besar)." Abu Musa melanjutkan; 'Ketika itu Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam tengah berada di atas hewan tunggangannya, lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh.'(HR. Bukhari)
Saat berdoa dan saat sholat, kita membaca “aamiin” yang artinya “kabulkanlah”, lantas pantaskah jika kita memohon kepada Alloh dengan mengucapkan “aamin” dengan suara keras dan berteriak-teriak ? Apakah mungkin doa kita dikabulkan jika cara memohon saja seperti itu ? Dan Apakah pantas kita memohon seperti itu ? Jika meminta sesuatu kepada orang tua dengan berteriak-teriak saja tidak dikabulkan, bagaimana mungkin permohonan kita kepada Alloh akan dikabulkan.
Kebiasaan membaca “aamiin” dengan suara keras seharusnya dihilangkan. Selain tidak pantas, kebiasaan ini juga merupakan kebiasaan buruk yang justru akan menyebabkan doa kita tidak akan dikabulkan oleh Alloh.
Referensi :
Al-‘Adawi, Mushthafa, 2006. Fiqh Tarbiyatul Abnaa’ Wa Thaa-ifatun Min Nashaa-ihil Athibbaa’, Terjemahan : Beni Sarbeni, cetakan pertama. Bogor : Pustaka Al-Inabah
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2005. Mukhtashar Shahih Bukhari, Terjemahan : Elly Lathifah, cetakan pertama. Jakarta : Gema Insani Press
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2008. Mukhtashar Shahih Bukhari. Versi chm
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2008. Mukhtashar Shahih Muslim. Versi chm
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2014. Shifat Sholat An-Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Salam, Terjemahan : Tajuddin Pogo, cetakan keenam. Jakarta : Gema Insani Press
Terjemahan : Faisal Shaleh, cetakan pertama. Jakarta : Gema Insani Press
Nuruddin,
Triyasyid, 2015. Pedoman Ilmu Tajwid Mudah dan Aplikatif. Solo :
Penerbit Taujih.
http://blog.pesantrenmedia.com/wp-content/uploads/2014/03/muslimah-akhwat-berdoa.jpg
https://konsultasisyariah.com/5467-lafal-amin-yang-benar.html
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.