Adab Dalam Berdoa

Islam telah mengatur segala urusan, baik yang besar maupun yang kecil, termasuk dalam berdoa. Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, ketika berdoa hendaknya diiringi dengan hati yang khusyuk, tunduk dan merasa hina dihadapannya. Selain harus khusyuk dan lirih, kita harus memperhatikan adab-adabnya agar doanya dapat dikabulkan oleh Alloh azza wa jalla. Adab-adab tersebut adalah sebagai berikut

Pertama, suci. Alloh sangat menyukai kebersihan dalam keseharian, baik dalam ibadah maupun luar ibadah. Begitu pun juga dalam berdoa, sangat dianjurkan berdoa dalam keadaan bersih dan suci. Dan bersuci dalam islam dapat dilakukan denganberwudhu.

Kedua, menghadap kiblat. Kiblat merupakan arah untuk menghadapkan wajah kita dalam melaksanakan sholat. Dalam melaksanakan doa kita sangat dianjurkan untuk menghadap kiblat;

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۖ وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُون

Artinya : dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan  Alloh sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Baqarah/2 : 149)

Dari Jabir radhi Allohu ‘anhu, bahwa Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim)

Ketiga, mengagungkan Alloh dan bersholawat untuk Nabi. Secara khusus Alloh telah menyuruh kaum mukminin untuk mengucapkan sholawat dan salam kepada Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam

Artinya : Sesungguhnya  Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S Al-Ahzab/33 : 56)

Membaca sholawat tidak hanya diucapkan pada saat tertentu melainkan setiap waktu, bahkan ketika berdoa kita juga diharuskan mengucapkan sholawat, karena ini merupakan salah satu syarat terkabulnya suatu doa. Dari Umar bin Khaththab, ia berkata,

إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Sesungguhnya doa akan terhenti antara langit dan bumi dan tidak bisa naik ke atas, hingga kamu membaca shalawat atas Nabimu shallallohu ‘alaihi wasallam. " (HR. Tirmidzi, Hasan menurut Al-Albani)

Dari Fadhalah bin Ubaid, sahabat Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, dia berkata, "Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam pernah mendengar seorang laki-laki sedang berdoa dalam shalatnya, dia tidak memuliakan  Alloh dan tidak membaca shalawat atas Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. "Maka Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, "Orang ini tergesa-gesa. " Lalu Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam memanggilnya, dan bersabda kepadanya dan juga kepada yang lainnya, 'Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat, hendaklah memulainya dengan mengagungkan Tuhannya dan menyanjung-Nya. Setelah itu bacalah shalawat atas Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, kemudian berdoa setelah itu sesuai dengan doa yang dikehendakinya. " (HR. Abu Daud, Shahih menurut Al-Albani)

Setelah selesai membaca sholawat kita diperintah untuk memuji dan mengagungkan Alloh. Ada banyak cara untuk memuji dan mengagungkan Alloh, misalnya saja dengan membaca bacaan yang telah diajarkan oleh Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam berikut ini. Dari Buraidah bahwasanya Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki mengucapkan,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ فَقَالَ لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ بِالِاسْمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ

"Allaahumma innii as'aluka annii asy'hadu annaka antallaahu laa ilaaha ilia anta, al ahadush shamad, alladzii lam yalid wa lam yakun lahuu kufuwan ahad (Wahai  Alloh, sesungguhnya aku memohon lagi bersaksi, bahwasanya Engkaulah  Alloh, yang tiada Tuhan selain Engkau, Yang Esa, tempat bergantung segala sesuatu. Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya). Lalu beliau bersabda, "Sungguh kamu telah memohon kepada  Alloh dengan nama Dzat yang apabila dimohon dengan nama itu, Dia Memberi. Apabila diseru dengannya, dia mengabulkannya. (HR. Abu Daud, Shahih menurut Al-Albani)

Dari Anas radhiyallohu ‘anhu, bahwasanya dia pernah duduk bersama Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam dan seorang laki-laki yang sedang shalat, kemudian berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى

" Allohumma innii as'aluka Manna lakal hamda, laa ilaaha illaa anta, almannaanu badi'ussamaawaati wal ardhi, yaa dzaljalaali wal ikraam, yaa hayyu yaa qayyuum (Wahai  Alloh, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, segala puji hanya milik engkau, tidak ada Tuhan selain Engkau. Yang pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi, wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, wahai Dzat yang hidup lagi mengurusi semua makhluk." Lalu Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sungguh dia telah berdoa kepada  Alloh dengan nama-Nya yang agung, yang apabila diseru dengan nama itu, pasti Dia mengabulkannya, dan apabila diminta dengan nama itu, pasti Dia memberinya. (HR. Abu Daud, Shahih menurut Al-Albani)

Dari Buraidah radhiyallohu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam mendengar seorang lelaki mengucapkan doa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ

'Ya  Alloh, aku memohon kepada-Mu bahwa Engkau adalah  Alloh yang Maha Esa, yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.' Maka Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Ia telah memohon kepada  Alloh dengan nama-Nya yang Agung, yang jika ia meminta sesuatu dengannya pasti akan diberikan, dan jika berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan'. (HR. Ibnu Majah, Shahih menurut Al-Albani)

Jika kedua hal tersebut – bersholawat kepada Nabi Muhammad dan memuji dan mengagungkan Alloh – maka selanjutnya kita bisa memilih doa yang kita inginkan.

Keempat, memelas dalam meminta dan rendah diri. Dalam berdoa sudah selayaknya kita harus dengan memelas dan merasa rendah, karena manusia memang tidak mempunyai daya dan upaya tanpa bantuan dari Alloh.

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (٥٥) وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (٥٦)

Artinya : Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya  Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah ( Alloh) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat  Alloh Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al-A’raf/7 : 55-56)

Dalam kitabnya yang berjudul Al-Jawab Al-Kafi Liman Saa’ala ‘An Ad-Dawa Asy-Syafi, Ibnul Qoyyim al-Jauziyah menyebutkan bahwa, dalam Al-Zuhd Imam Ahmad menuliskan “Qatadah menceritakan Muwarraq yang berkata’Aku tidak menemukan perumpamaan yang tepat bagi seorang mukmin melainkan ia ibarat seorang laki-laki yang hanyut kedalam laut diatas sebuah kayu lalu ia berteriak”Wahai Tuhan ! Wahai Tuhan sangat pantas Alloh mengabulkannya”’”

Kelima, berdo’a dengan serius. Keseriusan dalam berdoa merupakan salah satu adab dalam berdoa, bagaimana jadinya jika kita berdoa dengan tidak serius, tentu kita akan dianggap tidak serius dalam meminta kepada Alloh. Dari Anas bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَعَوْتُمْ اللَّهَ فَاعْزِمُوا فِي الدُّعَاءِ وَلَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِي فَإِنَّ اللَّهَ لَا مُسْتَكْرِهَ لَهُ

"Jika kalian berdoa kepada  Alloh, maka seriuslah dalam berdoa dan jangan salah seorang di antara kalian berkata 'Jika Engkau berkehendak maka berilah aku', sebab  Alloh sama sekali tidak ada yang bisa memaksa." (HR. Bukhari)

Keenam, yakin doanya akan dikabulkan. Dalam berdoa kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan dan tidak ditolak. Justru sebaliknya, sering kali kita telah berdoa kepada Alloh, namun kita merasa doa kita tidak atau belum dikabulkan, ini suatu hal yang salah, karena dalam al-qur’an dengan jelas dituliskan bahwa Alloh akan mengabulkan doa kita. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ

"Berdo 'alah kalian kepada  Alloh dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah (oleh kalian) bahwa  Alloh tidak akan mengabulkan do'a yang keluar dari hati yang lalai lagi main-main. " (HR. Tirmidzi, Hasan menurut Al-Albani)

Yang menjadi permasalahan adalah kapan Alloh akan mengabulkan doa kita ? ini yang harus diperjelas. Dalam angan-angan kita, ketika Alloh akan mengabulkan doa kita, pikiran kita dengan sadar atau tidak, secara otomatis akan berpikir bahwa doa yang kita panjatkan akan dikabulkan dalam waktu yang tidak lama, dengan kata lain akan segera dikabulkan. Masalah waktu kapan doa akan dikabulkan hanya Alloh yang tahu, dan kita hanya bisa memasrahkan semuanya kepada Alloh. Kita tidak jangan sampai seolah-olah memaksa Alloh untuk segera mengabulkan doa kita, karena tidak ada seorang pun yang bisa memaksa-Nya.

Ketujuh, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lirih. Adab berdoa yang ketujuh adalah berdoa dengan tidak terlalu keras dan tidak terlalu lirih. Sejauh ini saya sering menjumpai, terutama dilingkungan sekolah, banyak siswa yang berdoa dengan suara keras, bahkan cenderung agak berteriak-teriak, dan ini dibiarkan oleh gurunya. Tak hanya siswa yang masih kecil, remaja berdoa dengan semangat dan suara keras yang bisa didengar dari jarak yang agak jauh. Berdoa bukanlah dengan demikian, melainkan dengan suara yang tidak terlalu keras

Dari Ibnu 'Abbas radli Allohu 'anhuma mengenai firman  Alloh: "dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya…, " (Al Israa: 110). Ibnu Abbas berkata; ayat ini turun ketika Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam sembunyi-sembunyi di Makkah. Beliau shallallohu 'alaihi wasallam bila mengimami shalat para sahabatnya, beliau mengeraskannya saat membaca al Qur`an. Tatkala orang-orang musyrik mendengarkan hal itu, mereka mencela al Qur`an, mencela yang menurunkannya dan yang membawakannya. Maka  Alloh Azza Wa Jalla berfirman kepada Nabi-Nya: (Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu) maksudnya adalah dalam bacaanmu sehingga orang-orang musyrik mendengarnya dan mereka mencela al Qu`ran dan: Dan janganlah pula merendahkannya dari para sahabatmu sehingga mereka tidak dapat mendengarkan dan mengambil Al Qu`ran darimu dan: Maka carilah jalan tengah di antara kedua itu. (HR. Bukhari)

عَنْ عَائِشَةَ } وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا { أُنْزِلَتْ فِي الدُّعَاءِ

Dari Aisyah mengenai firman  Alloh; "... Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya..." QS Al Isra`; 110. ayat ini di turunkan mengenai do'a. (HR. Bukhari)

Dari Abu Musa Al Asy'ari dia berkata; "Nabi shallallohu 'alaihi wasallam pernah lewat di suatu bukit atau berkata; di suatu lembah, tatkala (kondisi jalan) agak naik, salah seorang berseru sambil mengangkat suaranya; "Laa illaha ill Alloh  Allohu Akbar (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali  Alloh,  Alloh Maha Besar)." Abu Musa melanjutkan; 'Ketika itu Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam tengah berada di atas hewan tunggangannya, lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh.'(HR. Bukhari)

Alloh itu tidak tuli, jangan berdoa dengan suara yang keras. Dan tidak selayaknya manusia berdoa dengan suara yang, jika ketika meminta sesuatu kepada sesama manusia saja kita harus bersikap sopan, lalu bagaimana halnya meminta kepada Alloh, tentu kita harus lebih sopan lagi.

Kedelapan, tidak terburu-buru. Dalam berdoa kita juga dilarang untuk terburu-buru, yang dimaksud terburu disini adalah lelah berdoa dan mengatakan bahwa Alloh tidak atau belum mengabulkan doa kita. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda:

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

"(Do'a) kalian akan diijabahi selagi tidak terburu-buru, dengan mengatakan; 'Aku telah berdo'a, namun tidak kunjung diijabahi.' (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ قِيلَ وَكَيْفَ يَعْجَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ اللَّهَ فَلَمْ يَسْتَجِبْ اللَّهُ لِي

"Semua doa akan dikabulkan bagi setiap orang dari kalian selama (dilakukan) tidak tergesa-gesa." Ditanyakan, "Bagaimana maksud dari tergesa-gesa, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ia berkata, 'Aku telah berdoa kepada  Alloh namun  Alloh tidak (juga) mengabulkan doaku'." (HR. Ibnu Majah, Shahih menurut Al-Albani)

Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu dari Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ.

"Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa." Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa?" Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjawab, "Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan, 'Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan'. Setelah itu, ia merasa putus asa dan tidak pernah berdoa lagi. (HR. Muslim)

Dalam kitabnya yang berjudul Ar-Ruh, Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa tergesa-gesa adalah sebuah keinginan untuk mendapatkan sesuatu sebelum tiba waktunya, ini yang disebabkan oleh besarnya keinginannya terhadap sesuatu tersebut, seperti halnya orang yang memanen buah sebelum datang waktu panennya. Sifat tergesa-gesa berasal dari setan. Sesungguhnya sifat tergesa-gesa juga merupakan sikap gegabah, kurang berpikir dan kurang berhati-hati dalam bertindak. Yang mana sifat ini menghalangi pelakunya dari ketenangan dan kewibawaan. Dan yang lebih buruk lagi, menjadikan pelakunya memiliki sifat menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, mendekatkan pelakunya kepada berbagai macam keburukan, dan menjauhkannya dari berbagai macam kebaikan. Dia adalah temannya penyesalan. Dan katakanlah, bahwa siapa saja yang tergesa-gesa maka dia akan menyesal.

Kesembilan, tidak berlebihan dalam berdoa. Dalam islam, segala sesuatu yang berlebihan dilarang seperti yang telah dituliskan dalam surat al’a’raf ayat 31. Dalam berdoa pun hendaknya juga tidak berlebihan. Dari seorang putra Sa'ad, bahwasanya, dia berkata,

أَبِي وَأَنَا أَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعِيمَهَا وَبَهْجَتَهَا وَكَذَا وَكَذَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ النَّارِ وَسَلَاسِلِهَا وَأَغْلَالِهَا وَكَذَا وَكَذَا فَقَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ سَيَكُونُ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الدُّعَاءِ فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ إِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَ الْجَنَّةَ أُعْطِيتَهَا وَمَا فِيهَا مِنْ الْخَيْرِ وَإِنْ أُعِذْتَ مِنْ النَّارِ أُعِذْتَ مِنْهَا وَمَا فِيهَا مِنْ الشَّرِّ

"Ayahku pernah mendengar aku mengucapkan, 'Wahai  Alloh, Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu surga, kenikmatannya dan keindahannya, dan ini dan ini. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa api neraka, rantai dan belenggunya, dan ini dan ini.'" Ayahku berkata, "Wahai Anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, Akan datang nanti suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa. Karena itu, hati-hatilah! (Jangan) termasuk di antara mereka. Sesungguhnya jika kamu diberi surga, maka pasti diberi surga dan segala isinya. Jika kamu dilindungi dari api neraka, maka pasti kamu dilindungi dari segala keburukan di dalamnya.'" (HR. Abu Daud, Hasan Shahih menurut Al-Alban)

Dari Abu Na'amah, bahwa Abdullah bin Mughaffal mendengar anaknya mengucapkan,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الْأَبْيَضَ عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ إِذَا دَخَلْتُهَا فَقَالَ أَيْ بُنَيَّ سَلْ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَعُذْ بِهِ مِنْ النَّارِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ سَيَكُونُ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الدُّعَاءِ

'Ya  Alloh, aku memohon kepada-Mu istana putih di sisi kanan surga jika aku masuk ke dalamnya. Maka ia berkata, 'Wahai anakku, mohonlah kepada  Alloh surga, dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka. Karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Akan ada satu kaum yang berlebih-lebihan dalam berdoa'." (HR. Ibnu Majjah, Shahih menurut Al-Albani)

Referensi :
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. 2006. Fiqih Ibadah Dari Minhajul Muslimin. Solo : Media Insani Publishing
Adhim, Mohammad Fauzil, 2007. Kado Pernikahan Untuk Istriku. Yogyakarta : Mitra Pustaka.
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, 2004. Hadil Arwaah Ila Biladil Arafah, Terjemahan : Fadli Bahri, cetakan kedelapan. Jakarta : Darul Falah
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, 2004. Raudhah Al-Muhibbin Wa Nuzhah Al-Musytaqin, Terjemahan : Kathur Suhardi, cetakan ketiga belas. Jakarta : Darul Falah
Al-Khulli, Hilmi, 2007.  Al-Shalatu Wa Shihhatul Ihsan, Terjemahan : Anas Syahrul Alimi, cetakan pertama. Jakarta : Mirqat Publishing
Al-qur’an al-kalam. 2009. Bandung : Diponegoro.
Ath-Thayyar, Abdullah, 2006. Ash-Shalatu, Terjemahan : A. M. Halim, cetakan pertama. Jakarta : Pustaka Maghfirah
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. 2008. Dosa Malapetaka Terbesar : Kelemahan, Kemalasan, Kelalaian, Kerugian, Dan Penyesalan. Pustaka Hidayah : Bandung
Ishaq, Muhammad Shalil Ali Abdillah, 2006. Kaifa Tatahammas Li Qiyam Al-Lail ?, Terjemahan : Muh. Muhaimin dan Nur Afifah, cetakan keenam. Yogyakarta : Mitra Pustaka
M. Nashirudin Al-Albani. 2005. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta : Gema Insani Press
Majalah Nikah Sakinah Volume 13, No. 02, tahun 2014
Muhammad Shalih Ali Abdillah Ishaq. 2006. Bersujud dikeheningan Malam. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Mushthafa al-‘Adawi. 2002. Ensiklopedia Pendidikan Anak Jilid 1. Bogor : Pustaka Inabah
Syekh Hindi Al-Khully. 2007. Sholat itu Sungguh Menakjubkan ! Menyingkap Rasasia Sehat dan Bugar di Balik Gerakan Sholat. Jakarta : Mirqat Publishing
https://www.renewalministries.net/wordpress/wp-content/uploads/2017/07/amazing-736881-768x520.jpg

Related Posts:

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

Powered by Blogger.