Dalam al-qur’an Alloh telah memerintahkan kepada hambanya agar berdoa dan memohon kepada-Nnya, dan Alloh akan mengabulkan doa hambanya. Seperti yang juga terdapat dalam hadis berikut ini. Dari Nu'man bin Basyir bahwa Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, "Doa itu ibadah. Tuhanmu telah berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. '"(Q.S Al Mukmin (40): 60) (HR. Abu Daud, Shahih menurut Al-Albani)
Dari Salman bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
'Sesungguhnya Tuhan-Mu Tabaaraka wa Ta'aala adalah Hidup dan Pemurah. Dia Malu terhadap hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (dalam berdoa) kemudian ditolaknya dengan tangan kosong.) (HR. Abu Daud, Shahih menurut Al-Albani)
Dalam hadis tersebut dapat dilihat bahwa Alloh telah berjanji akan mengabulkan doa hambanya. Dan mustahil Alloh mengingkari janji-Nya. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah lalu kenapa doa kita belum atau tidak dikabulkan ? Ada banyak hal yang menyebabkan doa kita belum dikabulkan oleh Alloh mungkin ada faktor-faktor dalam diri kita yang menyebabkan doa kita menjadi terhalang, misalnya kita selalu memakan makanan yang haram, memakan makanan dari harta haram, berdoa dengan tergesa-gesa, ketika berdoa kita dalam keadaan lalai, kita berdoa hanya ketika dalam kesusahan dan kita tidak pernah berdoa ketika dalam keadaan lapang. Mungkin hal-hal inilah yang menjadi faktor tidak terkabulnya doa yang kita panjatkan kepada Alloh.
Tidak Ada Yang Bisa Memaksa
Sebagai manusia kita mempunyai kebutuhan yang sangat banyak yang kadang bisa melebihi dari yang kita perkirakan. Dan kita tidak bisa mencukupinya sendiri. Namun sebagai seorang hamba kita bisa meminta kepada Alloh Yang Maha Kuasa agar keperluan kita dapat terpenuhi dengan pertolongan Alloh.
Doa merupakan salah satu bukti bahwa lemah manusia lemah, manusia tidak akan bisa apa-apa tanpa rahmat dan bantuan Alloh, dan dengan menunjukkan kelemahan tersebut Alloh akan semakin senang kepada kita, sehingga kita sangat dianjurkan untuk selalu berdoa baik susah ataupun senang, baik keperluan besar maupun keperluan kecil, bahkan untuk tali sandal saja kita diajarkan untuk memohon kepada Alloh seperti yang dicontohkan oleh ‘Aisyah.
Dalam berdoa, berharap dan yakin permintaan kita dikabulkan menjadi salah satu faktor terkabulnya sebuah doa. Kenyataannya, tak jarang kita terperangkap dalam sempitnya berfikir, yaitu seolah-olah memaksa Alloh untuk mengabulkan semua doa kita. Dari Anas bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَعَوْتُمْ اللَّهَ فَاعْزِمُوا فِي الدُّعَاءِ وَلَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِي فَإِنَّ اللَّهَ لَا مُسْتَكْرِهَ لَهُ
"Jika kalian berdoa kepada Alloh, maka seriuslah dalam berdoa dan jangan salah seorang di antara kalian berkata 'Jika Engkau berkehendak maka berilah aku', sebab Alloh sama sekali tidak ada yang bisa memaksa." (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ لِيَعْزِمْ فِي الدُّعَاءِ فَإِنَّ اللَّهَ صَانِعٌ مَا شَاءَ لَا مُكْرِهَ لَهُ.
'Janganlah ada seseorang yang berkata, 'Ya Alloh, ampunilah aku jika Engkau mau! Ya Alloh, kasihanilah aku jika Engkau mau!' Berdoalah kamu dengan sungguh-sungguh, karena Alloh akan berbuat menurut kehendak-Nya tanpa ada yang dapat memaksa-Nya. (HR. Muslim)
Sejatinya kita memang harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan dan harus berharap akan dikabulkan. Namun jangan sampai kita terlalu pasrah dengan mengatakan “Jika Engkau mau mengabulkan”, kalimat ini bermakna seolah-olah Alloh tidak mau mengabulkan doa hambanya, sehingga kita dilarang untuk berdoa seperti itu.
Jika Tak Sesuai Keinginan
Mungkin kita berdoa “Ya Alloh, berikanlah hamba rizki yang lancar dan melimpah, dijauhkan dari susahnya hidup dan hidup dengan berkecukupan”. Namun, hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataanya, kita hidup dibawah garis kemiskinan, jangankan untuk makan enak, makan sayur dan lauk saja sangat jarang, dan kadang hanya makan sekali dalam sehari. Hal ini lantas menjadikan kita enggan untuk berdoa lagi kepada Yang Maha Pemberi.
Sering kali kita berdoa, namun kenyataannya apa yang kita minta – menurut kita – tidak sesuai dengan yang kita minta. Dan kita berfikir doanya tidak dikabulkan. Sejatinya Alloh mungkin telah mengabulkan doa kita dan kita tidak mengetahuinya, pengabulan tersebut berupa sama seperti yang kita minta dam boleh jadi pengabulan tersebut disimpan untuk akhirat, seperti sabda Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam berikut ini
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seseorang berdo'a dengan sebuah do'a kecuali akan dikabulkan. Boleh jadi pengabulan itu segera diberikan kepadanya di dunia, boleh jadi pengabulan itu disimpan untuknya di akhirat, dan boleh jadi pula dosa-dosanya akan dihapuskan sesuai dengan do'a yang ia panjatkan. (HR. Tirmidzi, Shahih menurut Al-Albani kecuali redaksi 'Dan boleh jadi pula dosa-dosanya akan dihapuskan, sesuai dengan do'a yang ia panjatkan')
Pengabulan doa kita juga bisa berupa dihindarkan dari keburukan sebagaiman hadis Rasululloh. Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهُ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ
"Tidaklah seseorang berdo'a dengan sebuah do 'a kecuali Alloh akan memberikan apa yang ia minta atau menghindarkan keburukan yang serupa dengan do 'a itu, sepanjang ia tidak melakukan dosa atau memutus hubungan silaturahmi. " (HR. Tirmidzi, Hasan menurut Al-Albani)
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tak satupun orang yang berdo’a, melainkan dia berada di antara salah satu dari tiga kelompok, kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda demi pahalanya atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya” (HR. Imam Ahmad dan Al-Hakim).
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan satu do’a yang di dalamnya dia tidak berbuat dosa dan tidak memutus silaturahmi, kecuali Alloh akan mengabulkannya dengan salah satu dari tiga hal, do’anya segera dikabulkan atau disimpan untuknya di akhirat, atau untuk mencegah keburukan yang sama darinya” (HR. Muslim).
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak bisa menolak qadha (takdir yang sudah terjadi) kecuali do’a dan tidak bisa menambah umur selain kebaikan” (HR. At-Tirmidzi).
Dari sini dapat diketahui bahwa mungkin Alloh mengabulkan doa kita namun karena dengan segala keterbatasan yang dimiliki manusia, kita tidak mengetahui bahwa Alloh mengabulkan doa kita dalam bentuk yang lainnya.
Berbaik Sangka
Dalam bermasyarakat kita sering mendengar kata husnudhon, yang lawan katanya adalah suudhon. Husnudhon adalah berbaik sangka sangka, sedangkan husnudhon adalah berburuk sangka. Islam mendidik umatnya agar bersikap hati terhadap sebuah prasangka, sebagaimana Alloh berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. (Q.S Al-Hujurat/49 : 12)
Ayat diatas secara tegas menyatakan bahwa kita wajib berhati-hati dalam hal prasangka. Adapun prasangka yang termasuk perbuatan dosa adalah suudhon. Berprasangka buruk sama artinya dengan mencurigai seseorang telah berbuat tidak baik, dan padahal belum tentu benar. Dalam islam suudhon dilarang karena suudhon merupakan perkataan yang paling bohong, sebagaimana sabda Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam berikut. Dari Abu Hurairah bahwa Rasululloh bersabda
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
"Jauhilah oleh kalian perasangka, sebab perasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. (HR. Bukhari)
Lalu bagaimana halnya suudhon kepada Alloh ? Jika suudhon kepada manusia saja dilarang apalagi kepada Alloh, tentu lebih sangat dilarang. Suudhon kepada Alloh bisa berupa berpikir bahwa Alloh tidak mengabulkan doa kita. Padahal kita sendiri yang menyebabkan doa kita tidak didengar, misalnya saja dengan berdoa hanya ketika sedang susah dan selalu menggunakan harta haram. Dan kadang kita juga tidak pernah mendekatkan diri kepada Alloh, selalu menjalankan maksiat, dan tak pernah mohon ampunan-Nya, lantas bagaimana doa kita mau didengarkan oleh-Nya. Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhubahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً.
' Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, 'Aku bergantung pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku akan bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di tengah orang banyak, maka Aku juga akan mengingatnya di tengah orang banyak yang lebih baik daripada mereka. Apabila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari. (HR. Muslim)
Dalam berdoa kita wajib husnudhon kepada Alloh, dengan yakin bahwa Alloh akan mengabulkan doa kita, jika tak kunjung dikabulkan sesuai dengan doa yang kita panjatkan mungkin Alloh mengabulkannya dalam bentuk lain seperti dihindarkan dari keburukan dan balak, doa kita disimpan untuk akhirat dan dihapuskan dosa kita. Adapun jika memang tidak dikabulkan bukan berarti Alloh tidak mau mengabulkan tapi lebih karena diri kita sendiri, seperti yang sudah disebutkan diatas pada pembahasan sebelumnya.
Referensi :
‘Aziz, Fatin Binti ‘Abdul, 2005. 35 Sebab Diampuninya Dosa Berdasarkan Al-Qur’an Dan Sunnah Nabi Shallallohu ‘Alihi Wa Sallam, Terjemahan : Tholib Anis, cetakan ketiga. Bandung : Hasyimi
Al-Bakhistani, Aziz dkk, 2006. KISS : Kado Istri-Suami Shalih. Jakarta : Pustaka Hikmah Perdana.
Al-Hanbali, Ibn Rajab, 2006. Lataa’if Al-Ma’arif Li Mawasim Al-‘Am Min Al-Wazhaif, Terjemahan : Rojaya, cetakan pertama. Bandung : Pustaka Hidayah
Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, 1999. Fiqhul Mar’atil Muslimah, Terjemahan : Zaid Husein Alhamid, cetakan ketiga. Jakarta : Pustaka Amani
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, 2008. Fawaaid, Terjemahan : Achmad Sunarto, cetakan pertama. Semarang : Pustaka Nuun
Al-Khulli, Hilmi, 2007. Al-Shalatu Wa Shihhatul Ihsan, Terjemahan : Anas Syahrul Alimi, cetakan pertama. Jakarta : Mirqat Publishing
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. 2008. Dosa Malapetaka Terbesar : Kelemahan, Kemalasan, Kelalaian, Kerugian, Dan Penyesalan. Pustaka Hidayah : Bandung
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih. Kesalahan Dalam Berdoa. Bekasi : Darul Haq.
Majalah Nikah Sakinah Volume 13, No. 02, tahun 2014
Majalah Nikah Sakinah Volume 9, No. 11, tahun 2011
Muhammad Shalih Ali Abdillah Ishaq. 2006. Bersujud dikeheningan Malam. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Syekh Hindi Al-Khully. 2007. Sholat itu Sungguh Menakjubkan ! Menyingkap Rasasia Sehat dan Bugar di Balik Gerakan Sholat. Jakarta : Mirqat Publishing
https://cdn.pixabay.com/photo/2018/02/23/16/14/night-3175873_960_720.jpg
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.