Bulan Puasa Warung Harus Tutup Semua ??

Bulan puasa merupakan bulan yang penuh berkah. Ada banyak pahala yang telah dijanjikan oleh bagi orang yang mau mengerjakan kebaikan. Tak hanya bagi muslim, yang non muslim pun ketika ramadhan tiba juga ikut keberkahan berupa omset penjualan yang tinggi jika dibandingkan bulan yang lainnya. Dan yang sangat terlihat jelas adalah penjual makanan. Makanan apapun tetap laku walaupun jualannya hanya di pinggir jalan. Dan yang menjadi masalah ada kebijakan untuk menutup warung makan disiang hari.

Haruskah tutup semua ?

Sebagai manusia kita tidak dapat hidup sendiri, kita tetap membutuhkan bantuan orang lain dalam keadaan apapun, termasuk saat puasa. Ketika bulan ramadhan tiba kita mendapatkan bantuan orang lain dengan adanya warung, jika tidak sempat memasak kita dapat menemukannya dengan membeli di warung. Sayangnya ada kebijakan untuk menutup warung selama bulan puasa di siang hari.

Menurut penulis, kebijakan untuk menutup warung makan selama bulan puasa dan baru boleh buka saat sore hari tidak tetap, walaupun dengan alasan agar tidak mengganggu orang yang berpuasa. Tidak ada landasan hukum yang kuat dalam islam. Puasa memang wajib bagi yang mampu, tapi kita juga harus ingat bahwa ada beberapa golongan yang diperbolehkan untuk tidak puasa, misalnya wanita hamil dan menyusui, orang tua yang sudah lemah, orang yang dalam perjalanan, anak kecil dan tentunya masyarakat non muslim yang juga tidak berpuasa.

Bagi orang yang disebutkan diatas mendapatkan rukhshoh (keringanan) untuk tidak berpuasa, yang tetap dirumah atau di daerah sendiri bukan masalah berat. Yang menjadi masalah adalah yang sedang dalam perjalanan jauh dan ada kebijakan menutup warung. Jika mereka tidak menemukan warung tentu akan merasa sangat lapar yang mungkin dapat membahayakan dirinya.

Ada berbagai kemungkinan mengapa masyarakat berjualan di siang hari, mungkin lokasinya tidak mendukung untuk berjualan disiang hari, lokasinya hanya ramai ketika siang, berjualan siang hari karena ingin menjalankan sholat tarawih di malam hari, dan masih banyak kemungkinan lainnya yang terlewatkan oleh penulis.

Selain itu, jika ada kebijakan untuk menutup warung selama siang dan baru boleh buka sore hari, apakah kita siap menanggung kekurangan keluarga tersebut jika yang mencari nafkah tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya ? apabila belum siap, jangan memaksa mereka untuk menutup tempat usahanya. Cukup adil kan ?

Harus saling menghargai

Hidup di Indonesia dengan perbedaan suku, ras dan agama, kita harus dapat saling menghargai satu sama lainnya, termasuk masalah warung yang tetap buka selama bulan puasa. Menghargai tidak harus menutup warungnya dan jika si pemilik tidak mau menutupnya, kiyta tidak berhak untuk menutupnya dengan paksa, terlebih sampai mengobrak-abrik tempat jualannya.

Untuk menghargai umat muslim yang sedang menjalankan puasa, tidak perlu untuk menutup warungnya, cukup memberi himbauan untuk menutup sebagian pintu atau memberikan penutup untuk warungnya guna menghormati yang berpuasa. Jika kita merasa terganggu dengan warung yang tetap buka dan menyuruh untuk menutupnya, maka kita juga harus mau di tuntut untuk mengecilkan atau mematikan speaker di masjid yang di anggap mengganggu umat lain. Dan sejauh penulis yang ketahui, pada zaman dulu Rasulululloh tidak pernah memaksa umat non muslim untuk menutup warung ketika bulan ramadhan. Ingat !! menghargai dan memaksa adalah dua hal yang sangat berbeda. Kita juga harus menghargai mereka yang tidak berpuasa.

Referensi :

https://s3-us-west-2.amazonaws.com/conwaychamber/wp-content/uploads/2017/08/08150828/office-closed-1.png