Breaking News
recent

Penyebab Doa Yang Tak Mempan

Kebahagiaan seorang manusia akan tercapai apabila keinginannya dapat terwujud dan terhindar dari segala sesuatu yang mengkhawatrikan dirinya. Manusia bisa berusaha untuk melakukan sesuatu, namun hasilnya hanya dapat ditentukan oleh Alloh. Terkadang kita mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai apa yang kita inginkan, dan buah dari semua itu belum juga kita rasakan karena Alloh belum berkehendak

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Artinya : Apa saja yang  Alloh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh  Alloh Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S Faathir/35 : 2)

Dan dikala kita sendirian, kita hanya berkeluh kesah kepada Alloh semata, dengan memanjatkan doa. Pernahkah kita berdoa dan merasa kalau doa yang kita panjatkan setiap hari belum atau tidak dikabulkan oleh Alloh ? tentu pernah kan ? saya sendiri juga pernah merasakan hal tersebut, saya pikir ini semua itu merupakan hal yang wajar, karena pada dasarnya manusia penuh dengan keluh-kesah, apalagi dikala sedang bersedih. Namun jika dilihat lebih jauh lagi, terkadang doa kita tidak dikabulkan bukan karena Alloh, melainkan diri kita sendiri. Jika dilihat dari sebabnya, ada banyak faktor yang menyebabkan doa kita tidak terkabul, beberapa diantaranya adalah

Pertama, harta haram. Harta merupakan faktor terpenting dalam terkabul atau tidaknya suatu doa, karena harta digunakan manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, jika hartanya haram maka bisa dipastikan bahwa makanan, pakaian, dan segala yang digunakan termasuk barang haram. Namun sekarang ini banyak masyarakat yang tidak begitu peduli dengan harta yang mereka dapatkan, sebagian besar hanya memikirkan bagaimana caranya agar dapat mengumpulkan harta yang sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan halal haram. Walhasil, ketika harta yang mereka digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan digunakan untuk mengisi perutnya, dan membeli pakaian guna menutupi tubuhnya, maka bisa jadi doa yang mereka ucapkan tidak akan dikabulkan Alloh dikemudian hari. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda shallallohu ‘alaihi wasallam,

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

'Wahai manusia, sesungguhnya  Alloh itu baik dan tidak menerima kecuali sesuatu yang baik, dan  Alloh memerintahkan kaum mukminin seperti yang telah diperintahkan kepada para utusan-Nya, lalu  Alloh berfirman, {Wahai Rasul-rasul sekalian makanlah segala yang baik dan beramal shalihlah, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan).  Alloh juga berfirman, (Wahai orang-orang yang beriman makanlah apa-apa yang telah kami berikan pada kalian dari makanan yang baik-baik). Kemudian menyebutkan seorang musafir yang rambutnya acak-acakan mengangkat tangannya ke langit dan berdoa, 'Wahai tuhanku, wahai tuhanku," sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan sumber makanannya haram, bagaimana mungkin doanya dikabulkan. (HR. Muslim)

Setelah selesai membacakan ayat diatas, Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam menceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang sedang melakukan perjalanan panjang, yang keadaannya lusuh dan penuh debu. Ia menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berucap “Wahai Tuhan-ku! Wahai Tuhan-ku” sementara itu, makanan dan pakaian yang ia pakai pakaian haram. Diwaktu pagi ia telah memakan makanan yang haram, bagaimana bisa doanya akan dikabulkan oleh Alloh.

Abdulloh bin Imam Ahmad, dalam kitab Az-Zuhud, berkata, “Bani Israil ditimpa bencana. Lalu mereka pergi ke lapangan untuk berdoa. Alloh memberikan wahyu kepada nabi mereka supaya disampaikan kepada mereka, ‘kalian pergi ke tempat yang tinggi untuk berdoa dengan tangan yang berlumur najis. Kelian mengangkat telapak kepada-Ku yang berlumuran darah. kalian menjejali rumah kalian dengan barang haram. Aku sangat marah kepada kalian. Kalian hanya menambah laknat dari-Ku”.

Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam an-Nawawi mengatakan dalam hadis ini terdapat pelajaran bahwa minuman, makanan, pakaian dan yang lainnya, hendaknya berasal dari yang halal, terbebas dari (syubhat) kesamaran padanya. Dan siapa saja yang ingin berdoa, maka dia lebih utama untuk memperhatikan hal tersebut daripada selainnya. Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan salah satu syarat terkabulnya sebuah doa adalah menjauhi perkara haram. Yaitu dengan tidak makan makanan yang haram. Barang siapa yang makan makanan haram, seperti halnya hasil riba, hasil menipu, berdusta, atau semacamnya, maka doanya tidak akan diijabahi.

Dari penjelasan hadis diatas sangat jelas terlihat bahwa orang yang memakai pakaian dari harta haram dan makan makanan dari harta haram, doanya tidak akan dikabulkan oleh Alloh.

Kedua, memutus silaturahmi. Silaturahmi merupakan salah satu hal yang penting, karena dengan silaturahmi hubungan seseorang menjadi semakin lebih baik lagi. Karena begitu pentingnya, ketika orang tua kita sudah meninggal kita diperintahkan agar selalu menjaga tali silaturahmi dengan orang yang pernah kenal dengan orang tua kita. Doa seseorang tidak dikabulkan oleh Alloh mungkin karena telah memutuskan tali silaturahmi, terutama dengan saudara atau keluarga dekatnya. Sebagaimana seperti yang tercermin dalam sabda Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam berikut ini. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو اللَّهَ بِدُعَاءٍ إِلَّا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِمَّا أَنْ يُعَجَّلَ لَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِمَّا أَنْ يُدَّخَرَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يُكَفَّرَ عَنْهُ مِنْ ذُنُوبِهِ بِقَدْرِ مَا دَعَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ أَوْ يَسْتَعْجِلْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْجِلُ قَالَ يَقُولُ دَعَوْتُ رَبِّي فَمَا اسْتَجَابَ لِي

"Tidaklah seseorang berdo'a dengan sebuah do'a kecuali akan dikabulkan. Boleh jadi pengabulan itu segera diberikan kepadanya di dunia, boleh jadi pengabulan itu disimpan untuknya di akhirat, dan boleh jadi pula dosa-dosanya akan dihapuskan sesuai dengan do'a yang ia panjatkan, sepanjang ia tidak berdo'a dengan cara-cara yang dosa, memutus hubungan silaturrahmi, atau bersikap isti'jal." Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud al isti'jal ?" Beliau menjawab, "Yaitu dengan mengatakan , Aku telah berdo'a kepada Tuhanku, namun Dia tidak mengabulkan untukku. (HR. Tirmidzi, menurut Al-Albani, Shahih: Kecuali redaksi 'Dan boleh jadi pula dosa-dosanya akan dihapuskan, sesuai dengan do'a yang ia panjatkan'; Adh-Dha'ifah (4483).

Ketiga. Tergesa-gesa. Sudah menjadi watak manusia ketika berdoa, mereka selalu berharap untuk dikabulkan doanya hanya dalam hitungan beberapa hari, dan ketika tak kunjung dikabulkan seperti yang diinginkan mereka berpikir bahwa doanya tidak dikabulkan, padahal kita ini hanya hamba yang tidak punya kekuasaan apapun, bahkan terhadap dirinya. Namun ini merupakan satu hal yang membuat doa kita justru tidak dikabulkan. Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda:

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

"(Do'a) kalian akan diijabahi selagi tidak terburu-buru, dengan mengatakan; 'Aku telah berdo'a, namun tidak kunjung diijabahi. (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

"Akan dikabulkan (do'a) salah seorang di antara kalian, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa (dalam berdo 'a), (yaitu) dengan mengatakan, 'aku telah berdo'a, (akan tetapi) belum dikabulkan untukku'." (HR. Tirmidzi, Shahih menurut Al-Albani)

Yang perlu kita ingat adalah kita harus selalu berdoa setiap hari, masalah pengabulan doa kita serahkan saja kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, kita ini hanya hamba-Nya jangan sampai kita bertindak seolah-olah kita yang punya kuasa dengan berpikir bahwa doa kita harus dikabulkan, semua yang kita inginkan dapat terpenuhi. Semua terserah Alloh karena Alloh-lah yang punya kuasa terhadap segala sesuatu.

Keempat. Isti’jal. Isti’jal adalah berdoa kepada Alloh, namun disisi lain kita berpikir apa yang kita minta tak kunjung diberikan oleh Alloh. Faktor inilah yang selalu melanda kaum muslimin disekitar kita, kita selalu memanjatkan doa setiap hari dengan penuh harap agar yang kita panjatkan dapat segera dikabulkan, namun kenyataannya justru sebaliknya, apa yang kita inginkan belum juga diberikan oleh Alloh. Jika halnya demikian, alangkah bijaksananya jika ketika apa yang kita inginkan belum terwujud, kita husnudzon saja kepada Alloh bahwa Alloh akan mengabulkan doa kita. Jika kita bersu’udzon, maka hal ini akan membuat doa kita tidak dikabulkan. Dari Abu Hurairah bahwa Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ إِبِطُهُ يَسْأَلُ اللَّهَ مَسْأَلَةً إِلَّا آتَاهَا إِيَّاهُ مَا لَمْ يَعْجَلْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ عَجَلَتُهُ قَالَ يَقُولُ قَدْ سَأَلْتُ وَسَأَلْتُ وَلَمْ أُعْطَ شَيْئًا

"Tidaklah seorang hamba menengadah kedua tangannya, sampai ketiaknya nampak, di mana ia meminta sebuah permintaan kepada  Alloh, kecuali  Alloh akan memberikan apa yang dimintanya itu kepadanya, sepanjang ia tidak berdo'a dengan sikap isti'jal. " Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana isti'jal itu?'" Beliau menjawab, "Ia mengatakan, 'Aku telah meminta dan meminta. namun aku belum juga diberikan apapun '. " (HR. Tirmidzi, menurut Al-Albani Shahih: Kecuali kata mengangkat (kedua tangan)

Kelima, Lalai. Dalam berdoa kita harus menghadirkan hati kita untuk meminta, jangan hanya mulut kita saja yang berucap doa, kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan, jika kita lalai maka Alloh tidak akan mengabulkan doa kita. Dari Abu Hurairah bahwa Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ

"Berdo 'alah kalian kepada  Alloh dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah (oleh kalian) bahwa  Alloh tidak akan mengabulkan do'a yang keluar dari hati yang lalai lagi main-main. " (HR. Tirmidzi, Hasan menurut Al-Albani)

Dari Abdullah bin Amr, rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda “Hati itu laksana wadah dan sebagian wadah ada yang lebih besar dari yang lainnya, maka apabila kalian memohon kepada Alloh, maka mohonlah kepada-Nya dalam keadaan kamu merasakan yakin akan dikabulkan, karena sesungguhnya Alloh tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (Dalam musnad Ahmad)

Keenam, hanya berdoa ketika susah. Yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah berdoa hanya ketika membutuhkan atau dalam kesusahan saja, misalnya ketika semua harta benda yang dimiliki telah habis terbakar atau dirampok, kita menangis tersedu-sedu menghadap Alloh, mengadukan nasibnya yang sedang kesusahan, mengharapkan semua yang dimiliki dapat kembali lagi. Dan ketika kehidupannya sudah bahagia lagi, maka Alloh dilupakan. Ini merupakan salah satu perkara yang membuat doa kita tidak terkabul

Jagalah (batasan-batasan) Alloh niscaya Dia akan menjagamu, kenalkanlah dirimu kepada Alloh diwaktu lapang niscaya Dia akan mengenalmu diwaktu susah.” (HR. Tirmidzi, Shahih menurut Al-Albani)

Jika seseorang bertakwa kepada Alloh, berusaha menjalankan semua perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan berusaha mendekatkan diri kepada Alloh dikala senang, maka Alloh akan memperhatikan hamba tersebut baik dikala susah maupun senang, dan dengan ini Alloh akan mengabulkan doanya.

Itulah diantara penyebab tidak dikabulkannya doa yang kita panjatkan kepada Alloh, jangan sampai kita bersuudhon bahwa doa kita tidak dikabulkan oleh Alloh, padahal diri kita sendirilah yang membuat Alloh enggan mengabulkan permintaan kita, dengan ini marilah kita berdoa agar semua amal ibadah yang selama ini kita kerjakan dapat diterima oleh Alloh dan bisa digunakan sebagai tabungan di akhirat kelak, Amin.
Referensi :
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2014. Shifat Sholat An-Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Salam, Terjemahan : Tajuddin Pogo, cetakan keenam. Jakarta : Gema Insani Press
Al-Asyqar, Umar Sulaiman, 2005. Maqaashidul Mukallafin (1) : An-Niyyat Fil Ibadaat, Terjemahan : Faisal Shaleh, cetakan pertama. Jakarta : Gema Insani Press
Al-Bakhistani, Aziz dkk, 2006. KISS : Kado Istri-Suami Shalih. Jakarta : Pustaka Hikmah Perdana.
Al-Hanbali, Ibn Rajab, 2006. Lataa’if Al-Ma’arif Li Mawasim Al-‘Am Min Al-Wazhaif, Terjemahan : Rojaya, cetakan pertama. Bandung : Pustaka Hidayah
Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, 1999. Fiqhul Mar’atil Muslimah, Terjemahan : Zaid Husein Alhamid, cetakan ketiga. Jakarta : Pustaka Amani
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, 2004. Hadil Arwaah Ila Biladil Arafah, Terjemahan : Fadli Bahri, cetakan kedelapan. Jakarta : Darul Falah
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, 2004. Raudhah Al-Muhibbin Wa Nuzhah Al-Musytaqin, Terjemahan : Kathur Suhardi, cetakan ketiga belas. Jakarta : Darul Falah
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, 2008. Al-Jawab Al-Kafi Liman Saa’ala ‘An Ad-Dawa Asy-Syafi, Terjemahan : Isyan Basya, cetakan pertama. Bandung : Pustaka Hidayah
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, 2008. Fawaaid, Terjemahan : Achmad Sunarto, cetakan pertama. Semarang : Pustaka Nuun
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir, 2006. Minhajul Muslim, Terjemahan : Irwan Raihan, cetakan pertama. Solo : Media Insani Publishing
Al-Khulli, Hilmi, 2007.  Al-Shalatu Wa Shihhatul Ihsan, Terjemahan : Anas Syahrul Alimi, cetakan pertama. Jakarta : Mirqat Publishing
Al-qur’an al-kalam. 2009. Bandung : Diponegoro.
Ath-Thayyar, Abdullah, 2006. Ash-Shalatu, Terjemahan : A. M. Halim, cetakan pertama. Jakarta : Pustaka Maghfirah
DR. Raghib As-Sirjani. 2006. Misteri Sholat Shubuh. Solo : Al-Aqwam
Hasan Bin ‘Ali As-Saqaf. Sholat Seperti Nabi Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam. Bandung : Pustaka Hidayah
https://www.qbt.com.au/wp-content/uploads/2018/04/5-ways-secure-office-365-in-a-day1.jpg

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

Powered by Blogger.