Breaking News
recent

S-1 Hanya Jadi Tukang Sapu (Part 1)

Dalam kehidupan yang modern ini pekerjaan merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi seseorang. Pekerjaan dilaksanakan dengan sepenuh hati untuk mendapatkan gaji guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebuah pekerjaan membutuhkan ketrampilan dan kualifikasi tersendiri. Semakin tinggi sebuah jabatan membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi pula karena setiap jabatan memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda.

Sebuah perusahaan tidak dapat asal-asalan menempatkan tenaga kerja seenak hatinya. Penempatan kerja harus mempertimbangkan kemampuan, ketrampilan dan tingkat pendidikan seorang karyawan. Penempatan kerja yang salah justru akan menghambat kemajuan perusahaan itu sendiri, seperti tempat perusahaan dimana penulis bekerja.

Posisi Kepala Pusat Oleh-Oleh
Penulis bekerja di sebuah tempat pariwisata yang terletak di Kediri Jawa Timur, dari sejak awal berdiri dan meng-handle POO (Pusat Oleh-Oleh) yang ada di tempat tersebut. Sejak awal penulis langsung di tempatkan di POO tersebut dan bekerja seorang diri karena barang yang ada di POO belum maksimal.

Setelah beberapa bulan penulis mendapatkan tenaga tambahan seorang cewek, sebut saja melati. Selama di POO, penulis telah membuat program untuk memajukan POO tersebut dan hasilnya juga telah di rasakan oleh supplier. Beberapa program yang penulis buat adalah

Pertama, mencari supplier. Di awal kerja, produk rumahan alias produk UKM yang ada di Pusat Oleh-Oleh hanya beberapa supplier saja, rak yang ada banyak yang kosong. Hal ini menuntut penulis untuk bekerja keras untuk mendapatkan supplier, kadang penulis menginfokan di social media dan kadang penulis mendatangi rumah supplier produk UKM agar mau loading barang di POO, walaupun tidak ada himbauan dari pihak management untuk mencari supplier. Alhamdulillah cara ini membuahkan hasil.

Kedua, mencarikan bahan baku. Untuk membuat sebuah produk di butuhkan bahan baku tertentu, dan terkadang supplier juga kehabisan bahan baku sehingga produksi terpaksa terhenti. Untuk mengatasi hal tersebut kadang jika memang mempunyai sahabat yang mempunyai bahan baku, maka penulis langsung memberitahukannya kepada supplier tanpa memungut biaya sedikit pun, dan mereka langsung nego sendiri harganya tanpa turut campur penulis.

Ketiga, menjalin komunikasi yang baik dengan supplier. Supplier POO merupakan supplier yang terdiri dari berbagai tipe orang, tingkat pendidikan yang berbeda dan tingkat umur yang berbeda pula. Oleh karena itu, yang meng-handle POO haruslah orang yang supel dan bisa berkomunikasi baik dengan banyak orang. Penulis biasa meminta ilmu dari teman-teman supplier dan tak sedikit pula supplier yang penulis beri masukan untuk memajukan usahanya, misalnya untuk mengganti plastik kemasan agar lebih baik dan jajanannya lebih awet, membantu supplier untuk mendapatkan izin edar makanan rumahan yang biasa di sebut dengan P-IRT, mengganti label agar lebih menarik dan beberapa kali penulis juga memberi masukan supplier untuk segera mengganti label karena label yang di pakainya menyalahi Undang-Undang Hak Cipta (memakai karakter Film Naruto, One Piece, Doraemon dll).

Keempat, menerapkan management barang yang baik. Management POO tak jauh berbeda dengan management swalayan, intinya kita harus mengetahui GMP (Good Management Product). Management POO yang pertama adalah management order barang. POO berisikan produk rumahan sehingga kita harus membuat mengatur jadwal order barang karena produk rumahan terkendala modal, bahan baku, cuaca, jadwal produksi dan rute pengiriman. Produk rumahan tidak seperti produk pabrik yang mempunyai cadangan di gudang dan tidak dapat loading barang sewaktu-waktu. Oleh karena itu, penulis selalu menginfokan stok barang-barang supplier agar tidak sampai kehabisan barang dan supplier pun dapat mengatur jadwal pengiriman barang. Dan jika produknya sudah mendekati tanggal kadaluarsa, penulis juga segera menginfokan kepada supplier agar segera menggantinya sehingga konsumen tidak akan kecewa. Yang kedua adalah penguasaan barang, seseorang yang menjual sesuatu harus menguasai produk yang di jualnya agar konsumen tertarik dengan barang tersebut. Penulis pun selalu bertanya kepada supplier terkait produk yang di bawanya, sehingga supplier merasa senang dengan keseriusan penulis. Ketiga adalah display barang. Display sebuah produk juga sebuah hal yang tak kalah penting, salah display barang dapat menyebabkan rusaknya barang atau tidak lakunya sebuah produk, misalnya makanan yang terpapar sinar matahari secara langsung akan merusak makanan tersebut. Keempat adalah identifikasi produk. Produk rumahan merupakan produk yang tidak menggunakan bahan pengawet buatan sehingga kita harus mempelajarinya dengan baik, mengidentifikasi produk yang telah rusak dan tengik lewat tekstur, warna, bau, rasa dan kemasan. Produk yang telah tengik biasanya warnanya mulai berubah, baunya tidak enak dan kadang kemasannya berubah seperti di vakum. Hal ini menandakan jika produk tersebut telah tengik. Adapun jika ada kerajinan yang rusak, penulis telah meminta izin kepada supplier untuk memperbaikinya agar tidak return.

Kelima, membuat kontrak kerjasama dengan supplier. Sebuah kerjasama membutuhkan kontrak kerjasama atau yang biasa di sebut dengan MoU (Memorandum of Understanding). MoU menjadi hal yang biasa dalam perjanjian sebuah perusahaan, hal ini untuk menjaga hak dan kewajiban masing-masing individu jika di kemudian hari terdapat masalah. Hal yang terpenting dari sebuah MoU adalah perwakilan dari pihak perusahaan, stempel dan materai.

Sudah jelas bahwa perjanjian harus ada yang mewakili dan membubuhkan tanda tangan dalam surat perjanjian tersebut. Sebuah perusahaan yang mengadakan perjanjian seharusnya membubuhkan stempel perusahaan, karena berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/M-Dag/Per/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan, stempel berfungsi untuk memperkuat keabsahan dokumen. Dan jika merujuk pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan mungkin kita dapat menganggap stempel sebagai dokumen perusahaan.

Dan yang tak kalah penting adalah materai. Materai biasanya digunakan dalam kerjamasa antara dua orang atau lebih. Namun dalam hal ini penulis tidak membubuhkan materai dalam MoU tersebut, sejauh yang penulis ketahui, sebuah perjanjian tetap sah walaupun tidak terdapat materai yang di bubuhkan dan memiliki kekuatan hukum yang sama dan sah, terlebih dalam MoU terebut telah ada tanda tangan kedua belah pihak dan stempel perusahaan. Adapun jika surat perjanjian tersebut akan digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, maka akan dikenakan Bea Materai sebagai pajak dokumen.

Keenam, menggunakan sistem komputerisasi. Penulis di tuntut untuk melakukan stok opname setiap hari, padahal idealnya hal tersebut di lakukan minimal dua minggu sekali dan idealnya sebulan sekali. Berapapun nilai barang yang hilang (entah karena keteledoran atau hilang), esok harinya harus ketemu, walaupun nilainya hanya Rp. 5.000. Bisa di bayangkan betapa capeknya jika setiap hari harus menghitung ratusan item barang. Pernah perintah tersebut penulis laksanakan dan dari jam 8 selesainya jam 11:30. Padahal jika waktu tersebut digunakan untuk melakukan hal yang lain tentu lebih berguna.

Sedari awal Pusat Oleh-Oleh yang ada masih menggunakan sistem manual alias masih menggunakan nota tulis. Jika posisi di toko sedang ramai, kita sering kewalahan, pembeli banyak tapi harus nulis satu persatu. Dan kadang ada beberapa anak yang mengambil barang dan menyerahkan uang pas sambil lari mengejar kendaraannya karena takut tertinggal. Ini menambah PR yang lebih rumit lagi karena pembelian tersebut tidak masuk kedalam nota pembelian.

Untuk mengatasi hal tersebut penulis minta agar menggunakan sistem komputerisasi saja agar lebih efisien dan menghemat tenaga. Tapi usul penulis di tolak mentah-mentah dengan alasan ribet dan tidak efektif jika menggunakan komputer. Padahal jika kita mau berpikir dengan jernih, komputer gunanya untuk mempermudah pekerjaan kita.

Ketujuh, merancang sistem pembayaran yang modern. Pusat Oleh-Oleh yang ada di Kabupaten Kediri hampir semua masih menggunakan sistem pembayaran cash (tunai). Karena letak toko berada di pinggiran dan bukan di tengah-tengah, maka penulis membuat sistem pembayaran transfer dan tunai. Setiap tanggal 1, maka semua supplier akan mendapatkan laporan penjualan selama sebulan via WhatsApp Messenger, dan sebelum tanggal 4 tagihan sudah masuk ke dalam rekening supplier, dan Alhamdulillah tanggal 2 biasanya semua tagihan sudah masuk semua. Jika tanggal 1 bertepatan dengan hari minggu atau tanggal merah, maka laporan penjualan akan di kirim keesokan harinya. Dan respon supplier pun sangat bagus, pelayanan dan program yang penulis buat di nilai lebih maju dari pada Pusat Oleh-Oleh yang lainnya.

Penulis menerapkan sistem ini karena beberapa alasan misalnya, menghindari peredaran uang palsu, jarak tempuh supplier ada yang 50KM sehingga jika datang untuk mengambil tagihan akan habis untuk biaya transportasi, menghindari sales nakal yang mau melarikan uang tagihan milik supplier. Apakah penulis tidak takut di tipu jika transfer uang ? jawabannya tidak. Karena pedoman penulis, dinegara kita sudah ada Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menjamin keamanan bertransaksi, selain itu pengalaman penulis, jika terjadi kelebihan atau kekurangan transfer, para supplier tidak segan-segan untuk menginformasikan kesalahan tersebut. Dan selama ini hubungan yang terjalin semakin baik.

Kedelapan, menerapkan go online. Penulis berencana untuk memasarkan produk UKM di Kediri lewat jalur online biar dapat lebih jangkauannya. Mendengar kabar baik inipun, teman-teman UKM sangat antusias karena selama ini belum ada wadah pemersatu UKM untuk go online. Dan ini merupakan ide pertama kali di Kediri, bahkan penulis juga siap membantu membuatkan website untuk memasarkan produk UKM.

Kesembilan, memasang identitas pariwisawata. Untuk melakukan promosi gratis, penulis meminta kepada teman-teman UKM untuk mencantumkan nama pariwisata di produknya. Untuk masalah jumlahnya penulis serahkan kepada mereka, karena jika sudah ada identitasnya, maka tidak akan bisa di jual di tempat yang lain. Dan Alhamdulillah, sebagian sudah melaksanakan apa yang telah menjadi kesepakatan kami.

Selain program di atas masih ada beberapa rencana untuk memajukan perusahaan yang belum penulis kerjakan. Dan dalam waktu sekitar kurang dari 5 bulan hasil kerja penulis sudah di rasakan oleh teman-teman UKM. Namun owner tetap menuntut penulis agar melakukan stok opname setiap hari dan melayani pembeli dengan sistem nota tulis. Jauh hari sebelumnya, penulis telah meluapkan keluh kesah kepada salah satu keponakan owner yang juga merupakan salah satu teman UKM yang tetap menginginkan sistem nota tulis.

Referensi :
Gambar hasil screenshoot dari film The Nut Job 2 : Nutty By Nature

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

Powered by Blogger.