katakan, siapa sesungguhnya dirimu?
katanya: aku ini kehidupan abadi
aku memperbanyak kehidupan indah itu”
(Jalaludin Rumi)
Cinta adalah cinta, cinta tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, ia hadir dan menghilang dalam setiap hati manusia. Tanpa cinta manusia tak dapat bertahan hidup. Cintalah yang membuat manusia lahir ke dunia ini, lewat pertautan dua hati seorang kekasih dalam sebuah ikatan yang suci. Cinta tak dapat ditemukan di ruang belajar, di pondok, madrasah, sekolah, dan bahkan di bangku kuliah, karena cinta adalah pengalaman, bukan pembelajaran. Ia adalah misteri yang tak pernah terungkap karena apa yang di bahas manusia adalah kulit luarnya saja, bukan intisari cinta.
Cinta hadir tak kenal cuaca dan waktu. Ia hadir kapanpun dan dimanapun, memaksa manusia untuk menyimpannya di dalam jiwa. Cinta hadir layaknya hujan di musim kering, memberikan tetesan kesegaran air untuk menumbuhkan rerumputan nan hijau dan bunga-bunga nan elok, menghapuskan kesedihan, air mata, keluh kesah dan gundah gulana, kemudian menggantikannya dengan senyum kebahagiaan dan canda tawa.
Cinta laksana angin yang berhembus, tanpa sapa tanpa tanya, selalu menerpa apa saja yang dilaluinya, dapat dirasakan tapi tak tak kelihatan. Ia berhembus kamana saja, memberi kesejukan bagi jiwa-jiwa yang gersang, bercampur baur tanpa ada paksaan dan tak ada satu hukum manusia yang mampu mengikatnya.
Cinta laksana sebuah pena, kita dapat menggoreskan semua yang kita mau, tapi kita tidak akan pernah mampu untuk menghapusnya. Jejak-jejaknya yang manis selalu membekas dalam jiwa-jiwa manusia, selalu terekam dalam memori otak, sehingga sulit untuk dilupakan. Getar cinta telah menciptakan gelombang semangat yang sangat dahsyat bagi hati para pecinta, kehadirannya tak cukup diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata terlalu miskin untuk melukiskan keindahan dan keagungannya.
Cinta menuntut manusia untuk saling memberi, bukan menerima. Cinta juga tidak memaksakan kehendak dan menuntut pasangannya, tapi cinta saling menegaskan dan saling menghargai. Cinta tak akan pernah tercipta bila kita belum bisa menerima semua perbedaan yang ada. Cinta menyuruh manusia untuk melakukan sesuatu untuknya, tapi tanpa sebuah pertanyaan dan memberi kita semua sebuah dukungan yang tiada pernah berakhir.
Cinta adalah sebuah keputusan, bukan sebuah emosi atau pula sebuah perasaan suka semata, tapi cinta adalah sesuatu yang tercipta dari hati yang akan hidup lebih lama dari apapun. Lebih lama dari umur manusia dan mungkin saja lebih lama dari umur bumi yang kita pijak. Ia selalu hilang dan pergi dari hati manusia, ia selalu mengalir dalam jiwa-jiwa manusia, semua tidak ada yang tahu kapan cinta hidup dan kapan cinta akan mati.
Kebahagiaan dalam hidup ini hanyalah ada satu, mencintai dan dicintai. Sekian banyak orang bisa hidup tanpa harta, tapi mereka tak pernah bisa hidup tanpa cinta. Satu kalimat cinta lebih berharga dari pada kehormatan, jabatan, dan bahkan kekayaan yang dimiliki. Tak salah apabila manusia rela berkorban demi sebuah cinta yang dirasakannya. Dalam syairnya Kahlil Gibran berkata “Kedamaian manusia akan bersemi dari secarik hati perempuan yang sensitif dan tulus. Sementara kasih sayang dan cinta diantara manusia juga akan terbit dari sekuntum jiwa perempuan yang jumawa.”
Laki-laki dan perempuan akan selalu saling membutuhkan. Tanpa hadirnya seorang laki-laki perempuan akan merasa sepi, tanpa perempuan laki-laki akan kering kerontang. Banyak manusia yang lebih memilih hidup menderita tapi bersama kekasihnya, dari pada hidup kaya raya tanpa ada pendampingnya. Ibnu Hazm al-Andalusi (994-1064M) menuliskan pengalaman pribadinya “Seandainya bukan karena keyakinan bahwa dunia ini adalah tempat ujian dan negeri kekeruhan, sedangkan surga adalah tempat perolehan ganjaran, kita akan berkata bahwa hubungan harmonis antar kekasih merupakan kebahagiaan tanpa kekeruhan, kegembiraan tanpa kesedihan, kesempurnaan cinta dan puncak harapan.”
Selanjutnya dia berkata: “Aku telah merasakan kelezatan dengan aneka ragamnya. Aku juga telah meraih keberuntungan dengan segala macamnya. Tidaklah kedekatan kepada penguasa, tidak juga pada wujud setelah ketiadaan, atau kembali ke pangkuan setelah bepergian jauh, dan tidak juga rasa aman setelah mengalami rasa takut, atau perolehan harta yang dimanfaatkan -tidaklah semua itu- seindah hubungan harmonis/asmara dengan kekasih/lawan jenis kita.” (M. Quraish Shihab. Perempuan: dari cinta sampai seks, dari nikah mut’ah sampai nikah sunnah, dari bias lama sampai bias baru. Jakarta: Lentera Hati. 2005)
Nah, siapa yang tidak butuh cinta? Laki-laki butuh dicintai perempuan dan perempuan juga memerlukan cinta dari seorang laki-laki. Bila mereka tidak membutuhkan cinta dari lawan jenisnya, sungguh ada gangguan dalam dirinya. Barangkali mereka punya pengalaman pahit dalam keluarganya atau mungkin juga pernah mengalami kegagalan cinta, oleh karena itu mereka enggan mencintai lawan jenisnya. Padahal Allah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan agar mereka bisa merasa tenteram, hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ -٢١-
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar-Rum/30:21)
Ayat di atas menyatakan dengan tegas bahwa tujuan Allah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan adalah “litashunuu ilayha”, agar kalian merasa tenteram bersamanya. Ketentraman yang dijelaskan ayat di atas tidak hanya ketentraman gejolak syahwat semata, tetapi juga ketentraman di saat bersama pasangan masing-masing, baik ketika suka maupun duka. Seperti yang dialami Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika menerima turunnya wahyu yang pertama, Beliau merasa resah, gelisah, dan hatinya gemetaran. Kemudian Beliau pulang dan Khadijah duduk di sampingnya, menghibur, dan mencoba menenangkannya serta ikut merasakan apa yang sedang dirasakan Rasulullah. Selanjutnya Khadijah menyelimuti Rasulullah dan hilanglah kegelisahan yang dirasakan Rasulullah.
Lalu Malaikat Jibril ‘alaihis salam datang dan berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab, “aku tidak bisa membaca”. Beliau berkata, “lalu malaikat itu memeluk dan mendekapku erat-erat sehingga aku merasa kapayahan” lalu ia melepaskanku seraya berkata, “Bacalah!” aku menjawab, ”aku tidak bisa membaca” Dia memeluk dan mendekapku untuk kedua kali hingga aku merasa kepayahan, kemudian dia melepaskanku sambil berkata, “bacalah!”. “aku tidak bisa membaca”
Dia memeluk dan mendekapku untuk ketiga kalinya sehingga aku merasa kepayahan, lalu dia melepaskanku dan berkata, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha pemurah” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pulang membawa ayat tersebut, sementara hati Beliau gemetar sekali, hingga Beliau masuk ke rumah Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha seraya berkata, “selimutilah aku, selimutilah aku” lalu dia menyelimuti Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sehingga hilang rasa takut Beliau.
Kemudian beliau menceritakan apa-apa yang telah Beliau alami kepada Khadijah seraya berkata, “aku sungguh khawatir sekali akan keselamatan diriku.” Khadijah berkata, “jangan begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau menyambung tali persaudaraan, engkau aman memiku; beban orang lain, engkau suka memenuhi kebutuhan orang tak punya, engkau suka memuliakan tamu, dan engkau senantiasa membela kebenaran.” (HR. Bukhari)
Saat Rasulullah pulang, beliau merasa sedih, resah, dan takut, setelah sampai di rumah beliau meminta Khadijah untuk menyelimutinya dan khadijah pun menyelimuti beliau. Bagaimana kondisi Rasulullah saat itu? Rasa takut yang dirasakan Rasulullah menjadi hilang, apalagi setelah mendengar dukungan dan ucapan sejuk dari mulut istrinya yang tercinta. Beliau menjadi tenang, hatinya menjadi semakin damai, seluruh kecemasan, kesedihan, dan keresahannya hilang.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ -١٤-
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (jannah). (QS. Ali Imron/03: 14)
Dalam ayat di atas disebutkan “dihiaskan pada pandangan manusia rasa cinta…” artinya cinta itu memang indah dalam pandangan manusia, keindahannya mampu mengalahkan segala-galanya. Cahaya keindahan mampu dijadikan obat bagi penyakit hati dan yang lainnya. Paracelsus berkata “sumber utama penyembuhan adalah cinta”
Namun cinta tetaplah cinta, ia hadir membawa kebahagiaan bagi manusia, tapi ia juga membawa beribu kepedihan bagi manusia. Karena cinta manusia harus merintih sepanjang hidupnya, menahan penderitaan yang begitu perih, tak jarang pula mereka rela mengorbankan saudaranya sendiri. Tengoklah lembaran sejarah kehidupan anak Adam, betapa Qobil rela menghabisi nyawa saudaranya sendiri, Habil, hanya karena memperebutkan Iklimah.
(27) Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa"(28). "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.(29). "Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."(30) Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi (31). Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal(32). Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS. Al-Maidah: 27-32)
Karena Qobil tidak berhasil mendapatkan Iklimah, dia tega membunuh saudara kandungnya sendiri. Dan peristiwa ini merupakan pembunuhan pertama dalam memperebutkan cinta seorang wanita.
Demikian pula dengan Kahlil Gibran, seorang sastrawan, penyair, pemahat yang terkenal dengan julukan “The Immortal Prophet of Lebanon”, dia sangat menderita karena cinta yang tumbuh di dalam dadanya tidak dapat menuai kebahagiaan, karena kekasihnya telah direbut oleh seorang penguasa. Penderitaan yang mengiris-iris hatinya dan semua pengalaman batin yang begitu menyiksanya ia tuliskan dalam sebuah buku tentang cinta yang ia beri judul “al ajnihah al-mutakasiroh” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “sayap-sayap patah (broken wings)”. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa.
Lihatlah pula skandal yang terjadi beberapa tahun yang lalu di gedung putih, kisah perselingkuhan presiden Bill Clinton dengan anak dari pasangan yang bernama Marcia dan Bernie Lewinsky, Monica Lewinsky. Mereka hampir saja mendapatkan hadiah “impeachment”, karena hubungan gelap yang mereka jalani. Selama berbulan-bulan mereka menjadi sorotan media masa, baik Koran, majalah, maupun TV di seluruh negara-negara di dunia.
Referensi :
Adhim, Mohammad Fauzil. Kado Pernikahan Untuk Istrriku. Jogjakarta: Mitra Pustaka. 2007
Al-Bakhistani, Aziz dkk, 2006. KISS : Kado Istri-Suami Shalih. Jakarta : Pustaka Hikmah Perdana.
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, 2004. Raudhah Al-Muhibbin Wa Nuzhah Al-Musytaqin, Terjemahan : Kathur Suhardi, cetakan ketiga belas. Jakarta : Darul
Basyir, Abu Umar, 2007. Sutra Asmara : Berbagi Rasa, Mengungkap Misteri Cinta. Solo : Rumah Dzikir.
Idham, Kusmarwanti M. Smart Love: Jurus Jitu Mengelola Cinta. Jakarta: Gema Insani Press. 2005
Gray, John dkk, 2009. Original Writing On Love, Terjemahan : Utami Maska, cetakan pertama. Yogyakarta : Pustaka Baca
Sodiq, Burhan. Ya Allah Aku Jatuh Cinta. Surakarta: Samudera. 2007
https://static.toiimg.com/photo/69095354.cms
No comments:
Post a Comment
Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.