Tayangan Islamiyah Atau Tayangan Jahiliyah ???

Beberapa tahun terakhir ini, islam semakin berkembang dan sedikit demi sedikit beberapa orang mulai mempelajari islam dan ada sebagian yang memeluk islam sebagai agamanya. Perkembangan ini tak terlepas dari peran media yang semakin gencar menayangkan sisi lain yang belum diketahui oleh orang-orang muslim dan non muslim pada umumnya. Perkembangan ini patut dibanggakan karena pada akhirnya mereka sadar bahwa islam bukanlah agama yang penuh dengan kekerasan dan bukan pula pusat terorisme seperti yang dipikirkan kebanyakan orang-orang non muslim.

Disisi lain, kita juga merasa prihatin karena saking semangatnya menyebarkan islam, ada beberapa orang yang hanya menyebarkan islam tanpa mempelajarinya terlebih dahulu, misalnya dalam tayangan televisi yang diklaim sebagai tayangan islami. Ada beberapa tayangan yang isinya jauh dari nilai-nilai ajaran islam, hal ini dikarenakan ada beberapa hal penting yang dilupakan oleh beberapa orang yang berkecimpung dalam industri televisi. Ada beberapa syarat utama sebuah tayangan yang dianggap sebagai tayangan islami, antara lain

Pertama, materi dalam film atau tayangan televisi. Materi yang menjadi pusat dalam sebuah tayangan televisi sangat penting untuk diperhatikan karena apa yang disampaikan lewat tayangan tersebut akan dinikmati jutaan masyarakat, baik besar maupun kecil.



Selama ini banyak sekali tayangan yang dianggap islami, namun materi yang disampaikan tidak sesuai dengan ajaran islam, bahkan justru bertentangan dengan yang telah diajarkan oleh rasululloh, misalnya saja tentang hantu atau yang lebih dikenal dengan genre horor. Film jenis ini sangat disukai dan seringkali ditayangkan dalam TV. Materi yang disajikan ini sangat bertentangan dengan hadis shahih

عن أَبي سَلَمَةَ بْن عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ حِينَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا بَالُ الْإِبِلِ تَكُونُ فِي الرَّمْلِ كَأَنَّهَا الظِّبَاءُ فَيَجِيءُ الْبَعِيرُ الْأَجْرَبُ فَيَدْخُلُ فِيهَا فَيُجْرِبُهَا كُلَّهَا قَالَ فَمَنْ أَعْدَى الْأَوَّلَ. و في رواية: لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ

Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, "Ketika Rasulullah shallallohu ’alaihi wa sallam bersabda, 'Tidak ada penyakit yang menular {tanpa izin Allah}, tidak ada tabu di bulan Shafar, dan tidak tidak ada mayat yang menjadi hantu' maka seorang Arab badui bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana dengan unta yang ada di padang pasir yang sehat bagaikan rusa. Setelah itu, datang seekor unta yang berkudis kemudian turut menyusup ke tengah unta-unta yang sehat itu sehingga semuanya menjadi sakit kudis?" Rasulullah shallallohu ’alaihi wa sallam menjawab, "Siapakah yang menularkan penyakit itu pertama kali?" Dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak ada penyakit yang menular {tanpa izin Allah}, tidak ada thiyarah, tidak ada tabu di bulan Shafar, dan tidak ada mayat yang menjadi hantu." (HR. Muslim)

Dalam hadis diatas sangat jelas bahwa tidak ada orang yang mati lantas menjadi hantu. Karena orang yang telah meninggal akan berada dalam alam kubur sampai kiamat datang. Lalu bagaimana dengan orang yang melihat seseorang (baca : hantu) telah meninggal ?

Jika kita melihat wujud seseorang padahal orang tersebut telah meninggal dunia, mungkin ini adalah pebuatan jin. Dalam bukunya yang berjudul “Yang Tersembunyi : Jin, Iblis, Setan & Malaikat dalam al-Qur’an – As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini” halaman 179, M. Quraish Shihab menuliskan “. . . . . Adapun yang percaya, baik pihak yang meyakini bahwa jin mampu mengubah bentuknya maupun yang berpendapat bahwa kemampuan itu hanya berupa kemampuan menciptakan ilusi bagi manusia, bagi mereka semua, ini adalah suatu kekuatan yang lebih ampuh bagi jin. Dari kemampuannya mengambil aneka bentuk itu, jin dapat mengambil bentuk manusia atau bentuk apapun yang dihormati atau dikagumi, dicintai atau dibenci, atau bentuk apa saja yang pada akhirnya mengantar manusia yang lengah terjerumus ke dalam jurang yang dikehendaki setan

Dengan demikian sudah jelas bahwa apa yang selama ini dilihat, padahal orang tersebut sudah meninggal dunia, adalah jin yang berusaha untuk menjerumuskan manusia yang lemah imannya.

Kedua, pembuat materi. Baik tidaknya sebuah film atau tayangan ditentukan oleh kualitas dari sebuah materi dan baik tidaknya sebuah materi ditentukan oleh pembuatnya. Seseorang yang akan membuat naskah tentang ajaran islam, syarat yang paling utama adalah beragama islam dan mengetahui ajaran islam dengan baik, ini adalah syarat mutlak. Anehnya ada beberapa tayangan yang cukup booming, yang mana isinya ada beberapa yang bertentangan dengan ajaran islam dan dibuat oleh orang non muslim. Dan yang aneh lagi banyak orang yang mengaku islam juga menyukai tayangan tersebut. Jika pembuat materi tersebut bukan non muslim, bagaimana bisa dia dapat membuat tayangan yang di klaim sebagai tayangan islami ???

Ketiga, pemain atau artis dalam film. Syarat ini juga harus dipenuhi, karena apa yang ditampilkan oleh pemain utama dalam sebuah tayangan biasanya akan banyak yang menirunya, terutama oleh orang muslim.

Ada beberapa beberapa tayangan yang mengambil tema islami, namun beberapa tokoh utamanya bukan dari orang yang beragama islam, melainkan non muslim. Tayangan seperti ini banyak sekali, misalnya saja “3 Semprul Mengejar Jannah”. Dalam tayangan ini ada aktor yang non muslim, namun bermain dalam tayangan yang mengambil tema islami. Hal seperti ini patut disayangkan karena dapat merusak citra agama islam. Boleh saja mengangkat tema islami, namun yang jelas kita juga harus memperhatikan ketiga unsur penting diatas, karena jika satu unsur saja tidak terpenuhi, maka tayangan tersebut sulit untuk dikatakan sebagai tema yang sesuai dengan ajaran islam. Jangan sampai tayangan yang dianggap islamiyah justru tampak seperti tayangan jahiliyah, yang justru merusak akidah umat islam.

Sumber Pustaka
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2005. Mukhtashar Shahih Bukhari, Terjemahan : Elly Lathifah, cetakan pertama. Jakarta : Gema Insani Press
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2005. Mukhtashar Shahih Muslim, Terjemahan : Elly Lathifah, cetakan pertama. Jakarta : Gema Insani Press
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2008. Mukhtashar Shahih Bukhari. Versi chm
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, 2008. Mukhtashar Shahih Muslim. Versi chm

Shihab, M. Quraish. 2003. Yang Tersembunyi : Jin, Iblis, Setan & Malaikat dalam al-Qur’an – As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini. Jakarta : Lentera Hati
Syaikh Bakar bin ‘Abdillah Abu Zaid. 2005. Adakah Sandiwara (Sinetron, Film dll) Islami. Bogor : Pustaka Ulil Albab
https://www.flickr.com/photos/58782395@N03/5997124661/

Related Posts:

No comments:

Post a Comment

Bagi para pengunjung web ini, diharapkan untuk memberikan komentar, kritik atau saran demi semakin baiknya kualitas web yang dikelola admin. Jika ada yang berniat untuk mengkopi artikel harap menuliskan sumbernya, berupa URL artikel yang dicopy. Jika ada yang ingin artikelnya ditampilkan di web ini harap mengirimkan ke orangelifes@gmail.com.

:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

Powered by Blogger.